Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bagaimana Menjadi Korban Politik Sesungguhnya?

3 Februari 2021   12:41 Diperbarui: 4 Februari 2021   09:21 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi korban ramai-ramai perbincangan politik di mana-mana. (sumber: KOMPAS/TOTO SIHONO)

Sebahagian besar kita hanya memahami tentang kata korban politik (padahal korban konspirasi), sukses dalam politik (padahal sebatas memperoleh pekerjaan) dan sering mendengar istilah tersebut dalam masyarakat luas, meski politik dalam ranah yang sistem politiknya belum dapat dikatagorikan ranah politik yang sesungguhnya.

Lalu, bagaimana sesungguhnya korban politik? Kemudian bagaimana sukses dalam politik? Apakah sekadar menjadi anggota parlemen? Apakah menjadi gubernur, bupati atau menteri?

Lalu menurut anda, apakah Karl Mark yang hidupnya miskin dan keluarganya bahkan istrinya bunuh diri dan tidak pernah menjabat, apakah hal itu gagal dalam politik?

Jika melihat kondisi hidupnya, maka sungguh aneh ketika setengah dari masyarakat dunia menggunakan pemikirannya berabad-abad sebagai panduan dasar dalam politik terlepas dari faktor suka dan anti.

Karena pada dasarnya sebahagian besar pemain politik masih dalam mencari celah melalui politik yang dipandang lebih nyaman, dibanding fasilitas dalam profesi lain.

Bahkan sebahagian diantaranya malah bersembunyi sebagai anggota parlemen, mencuci prilaku buruknya, misalnya seseorang yang sebelumnya terlibat narkoba, perampok, bajak laut setelah banyak uang mereka membayar masyarakat untuk dipilih menjadi anggota parlemen.

Sudah menjadi logika pasti, seseorang yang berhenti dalam jabatan, misalnya anggota parlemen mereka sebahagian besar akan kelimpungan ketika tidak lagi memperoleh gajian dan fasilitas dari negara. Karena mesin produksinya (pabriknya) sudah dikuasai pihak lain.

Jangan berharap sebagaimana mentalitas tokoh politik masa lalu yang bermental negarawan, bahkan mereka menjual minyak eceran untuk membiayai perjalanan politiknya. Hal ini menjadi pelajaran sangat berharga bagi suatu bangsa. 

Demikian pula jika ada seseorang yang menentang arus sosial atau cara-cara yang keliru dalam kehidupan masyarakat jika kemudian berhasil dilakukan tentu akan merubah nilai dan memberi pendidikan yang besar dalam suatu masyarakat.

Lalu jika anda tanya, apa pekerjaan politisi yang sesungguhnya? Jawabannya membuat perubahan hidup rakyat untuk mencapai tahapan kesejahteraannya sebagaimana tujuan keberadaan negara dengan konstitusinya.

Diluar itu? Pembohong rakyat karena jika anggota parlemen hingga habis masa jabatannya tidak memperjuangkan sesuatu yang karyanya atau sikapnya untuk perubahan hidup rakyat maka mereka tidak berbeda dengan menari-nari dalam penderitaan rakyat dan sesungguhnya mereka adalah pengkhianat rakyat.

Maka berhati-hatilah dengan jabatan yang kita sandang karena harus kita pertanggung jawabkan pada Tuhan sebagaimana ajaran dalam agama.

Jangan sampai mudah mengucapkan dan menceramahkannya tapi pembuktiannya justru terbalik, kemudian kita terpanggang dalam hipokritisme atau cara pikir dan prilaku munafiq.

Korban Politik dan Partai Politik

Pemimpin politik harus memiliki keseimbangan dalam pemikiran dan prilakunya jangan sampai mengorbankan sosial untuk kepentingan politiknya karena tidak semua warga, pemikirannya dapat di dikte sebagaimana konsepsi personal maupun kelompok masyarakat.

Korban politik adalah mereka yang tergilas akibat permainan politik, biasanya propaganda politik dalam level politik di masyarakat negeri kita. Korban politik tingkatannya jauh lebih tinggi daripada korban partai politik.

Korban politik terjadi akibat perbedaan persepsi, kesalah pahaman dan kecurangan pimpinan politik maupun warga politik tergantung pada niat, sikap, konsistensi, mental dan moralitas orang yang melakukan politik.

Apakah korban politik itu ketua partai politik atau anggota partai politik? Tentunya demikian dalam pemahaman umum, bahkan dalam pemahaman politisi yang tidak cukup memahami ilmu politik. 

Tetapi bukan begitu dalam pemahaman politikus. Karena politik itu sangat luas bukan sebatas aktivitas pimpinan dan anggota partai politik.

Korban Partai Politik

Karena keterbatasan persepsi di masyarakat maka kita hanya membedah ringkas korban partai politik bahkan bila kita kaji justru sesungguhnya hanya korban konspirasi politik yang menggunakan partai politik, atau orang-orang yang menggunakan partai politik untuk senjata membunuh temannya yang berbeda pandangannya dalam politik.

Karena itulah dalam persepsi masyarakat mengenal kalimat petuah bahwa politik tidak kenal lawan dan kawan abadi, padahal kondisi yang sesungguhnya masyarakat kita belum dalam tahapan di dunia politik tapi masih dalam kompetisi peluang bekerja dalam pemerintahan dan merebut posisi sebagai tuan rakyat.

Akibat abnormalnya sistem dalam partai politik kita yang bergantung pada siapa yang memimpin partai itu. Kalau dia mentalnya pencuri atau perampas tetap saja pekerjaannya merampas atau mencuri hanya saja rakyat tidak paham karena dilakukan dalam balutan jas dan dasi bahkan mereka keluar masuk istana.

Korban Partai politik atau korban dalam politik sebagaimana pemahaman rakyat kita sangat luar biasa, hal itu memprihatinkan karena warga masyarakat yang berpartai politik dengan sistem politik dalam partai itu kemudian diubah sesuka pimpinan terpilihnya. 

Masih dimakkumi jika yang diubah secara datar tetapi jika perubahan itu berpengaruh dalam sistem kepemimpinan dari demokratis kepada kepemimpinan yang otoriter atau sistem button up (dari bawah ke atas) kepada sistem yang top down (dari atas ke bawah) maka korban itu adalah pejuang partai politik rakyat yang sesungguhnya dan penguasa partai tersebut adalah pecundang sejati.

Kenapa pecundang? Karena mereka telah merusak masa depan anggota partainya yang berjuang dengan sistem politik (anggota yang memang berpolitik) misalnya sistem demokratis dan anti dengan kepemimpinan otoriter dan sistem feodalis. 

Sementara si pimpinan itu hanya untuk untuk konspirasi mengamankan posisi kekuasaan atau untuk menguasai partai politik tersebut bahkan tidak memahami atau mengabaikan perjuangan politik yang sesungguhnya.

Akibat kebijakan pimpinan partai yang berlaku sebagai raja atau feodal, maka warga menjadi korban yang tidak ringan dalam hidupnya. 

Karena pemahaman sistem politik inilah maka banyak politikus yang menjadi korban kekuasaan partai politik dan politik sehingga menimbulkan orang-orang seperti Karl Mark, Machiavelly (menulis dipenjara) yang dikenal dengan pemikiran politiknya hingga sekarang. 

Pada dasarnya mereka juga berpolitik di negaranya dan dengan penguasa di negaranya, meskipun ajaran itu kemudian mendunia.

Orang yang berpolitik menjadi korban karena kehilangan alat perjuangannya melalui partai politik yang sesuai dengan pemikiran politiknya. Mareka hanya berpikir untuk perjuangan sistem politiknya dan mempertaruhkan kehidupannya sehari-hari sehingga mereka tidak establish dalam pendapatannya dan mempengaruhi kehidupan keluarganya secara total.

Karena sedikit orang yang memahami pemikirannya maka orang-orang partai politiknya sendiri sulit membantu dan mendukungnya, karena ketakutan dengan penguasa partai politik tersebut karena kepentingan hidupnya. 

Maka si politisi itu pun tinggal sendiri meski ia adalah pejuang perubahan rakyat sejati dalam sistem hidupnya. Maka dalam agama dan kehidupan masyarakat kita ada istilah bahwa yang tinggal sendiri itulah pemimpin yang sesungguhnya.

Jika terbalik atau bukan demikian logikanya, maka tentunya sudah pasti partai politik itu sudah berkemabang fbesar dan jika melihat rakyat maka pastilah rakyat itu sudah berubah atau maju. Ternyata partai yang demikian tetap saja di bawah dan rakyat yang demikian tetap saja tertinggal.

Tulisan ini hanya sebatas gambaran selayang pandang tentang ukuran sukses dan korban politik untuk mencoba meluruskan terminologynya di tengah kehidupan masyarakat umum.

Salam
Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun