Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tiga Faktor Penting dan Sepuluh Faktor Mendasar Mempengaruhi Rakyat dalam Kesalahan Memilih Pemimpinnya

19 Agustus 2020   14:21 Diperbarui: 19 Agustus 2020   14:29 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara sepuluh faktor yang mendasar hanya bisa dilakukan oleh political will pemimpin negara atau pemimpin daerah. Kenapa demikian? Karena ini dipengaruhi oleh kecerdasan pemimpin dalam pembangunan yang intinya keberadaan mereka harus dapat melahirkan kebijakan publik yang fundamental untuk mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunannya.

Dimana suatu ketika bila masyarakat sudah berubah maka bila mereka menghadiri kampanye tentu mereka tidak lagi berorientasi pada bantuan atau besarnya jumlah mereka yang tidak lagi harus dibayar ketika mengikuti kampanye massa dalam politik tetapi ingin mendengarkan penegasan dan harapan yang rasional dari calon pemimpinnya.

Jika kita perhatikan fenomena kampanye politik hingga pemilu terakhir setahun yang lalu maka kita bisa memantau dan melihat animo masyarakat dalam menghadiri kampanye yang antusias itu ketika mereka mendapat bayaran bahkan mereka bersedia diangkut ke satu kampanye ke kampanye yang lain untuk itu.

Sesungguhnya kampanye itupun tidak berorientasi pada konsep-konsep kepemimpinan dan harapan terhadap pembangunan masyarakatnya. Akhirnya kampanye politik itu hanya berupa hiburan dan ucapan-ucapan dalam orasi tokoh politik lebih kepada menyemangati massa untuk opini pressure kemenangan.

Oleh karena itu ucapan apapun yang disampaikan secara berlebihan sudah menjadi kebiasaan meski esok dan lusa hal itu sama-sama dilupakan, rakyat tidak mengingat dan si pemimpinpun lupa dengan kata-kata yang diucapkannya.

Ada lagi yang kulitasnya lebih rendah, dimana panggung dan lapangan kampanye itu hanya menjadi gebyar caci maki kandidat yang satu dengan kandidat lain beserta timsesnya.

Sebenarnya, kenapa hingga terjadi sedemikian rupa? Jawabnya karena politisi dan rakyat sama-sama tidak paham, yang mereka pahami adalah ada panggung mewah ada sound paling bagus, ada musik dan penyanyi terkenal.

Itulah pendidikan politik yang tidak mengarah pada substansi politik yang sesungguhnya.

Jika kita menyaksikan kampanye politik partai-partai kita atau calon  kepala daerah kita sebahagian besar bukannya membahas politik,  membahas pembangunan rakyat tetapi sebahagian besar hanya menampilkan penyerahan bantuan kepada fakir dan anak yatim menjadi andalan issu politik yang mempengaruhi.

Padahal yang perlu dilakukan oleh pemimpin politik adalah bagaimana mereka memiliki konsep yang sempurna untuk penanganan masalah masyarakat miskin dan penanganan anak yatim, itulah yang disebut pembangunan karena telah diatur oleh negara melalui konstitusi dan undang-undang turunannya.

Tetapi yang terjadi selama ini adalah pengeksploitasian fakir miskin dan anak yatim untuk memperlihatkan sebatas kebaikan dan kedermawanan politisi pada masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun