Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tujuh Sebab Rakyat Sulit Berubah Meski Pikirannya Ingin Perubahan

6 Juli 2020   15:20 Diperbarui: 6 Juli 2020   15:29 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah seharusnya di alam yang leluasa dan demokratis perubahan itu senantiasa berada ditangan rakyat, karena yang ingin dicapai dalam negara demokrasi itu adalah kedaulatan rakyat diatas kepentingan aksesoris lainnya meskipun saat ini pemerintah menjadi alat paling berkuasa di negeri kita akibat pemahaman demokrasi yang salah kaprah disamping rakyat masih terlalu banyak yang tidak peduli akan kedaulatannya.

Rakyat sesungguhnya tidak ingin dalam kondisi terpuruk dalam pembangunan, mereka juga merasa dan meraba bahwa terjadi stagnasi dalam pembangunannya, namun sebahagian besar hanya bisa melihat secara kasat mata bahwa sumber permasalahannya berkisar pada soalan umum, misalnya pejabat, aparatur tidak memenuhi religi, tidak memenuhi syarat kejujuran, tidak memenuhi standar kelaziman sebagaimana pemikiran yang berkembang di masyarakat akar rumput.

Sebenarnya akar permasalahan ada pada masyarakat itu sendiri dalam memenuhi tuntutan sikapnya yang seharusnya idealis sebagaimana tuntutan mereka pada pejabat dan aparatur pemerintahan. Jika masyarakat bersikap untuk berubah maka apapun yang dilakukan oleh pejabat dan aparatur pemerintahannya untuk mempertahankan status quo niscaya perubahan itu tidak mungkin dapat dihambat.

Selama ini kepemimpinan pemerintahan itu belum menempatkan rakyat sebagai subyek utama dalam negara, pemerintah lebih mengutamakan kehidupannya daripada menjadi pemerintahan demokratis yang bertugas melayani kehidupan rakyat, komunikasi ini tidak terjalin antara rakyat dan pemerintahan seakan berjalan masing-masing bahkan bukan sedikit yang malah bertentangan. Tetapi rakyat terkesan tidak berdaya untuk mempertegas sikapnya untuk berubah.

Kita coba membahas secara ringkas berikut ini minimal ada Tujuh sebab masyarakat sulit bersikap untuk menunjukkan ingin lakukan perubahan, masing-masing sebagai berikut:

Pertama, Kondisi kehidupannya yang tidak berdaya terutama tertekan dalam terbatasnya mata pencaharian sehingga mereka sulit menjalankan kehidupan demokrasi yang menuntut objektivitas dalam bersikap.

Kedua, Keterbatasan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang politik sehingga sulit membedakan kebenaran dengan skenario kebenaran politik.

Ketiga, Sebahagian masyarakat apatis dengan politik dan pemerintahan karena beranggapan bahwa pemerintahan itu milik para elit dan elit politik.

Keempat, Masyarakat grass root dengan profesi kasar belum cukup kuat terlibat dalam organisasi profesi sehingga terjadi koloni oleh kaum organisator atau aktivis sosial yang seharusnya menempatkan posisinya sebagai mediator.

Kelima, Masyarakat belum paham bahwa kolektivitas sikapnya dapat merubah pemerintahan meski posisi mereka tidak berkait langsung dengan pejabat dan aparatur pemerintahan.

Keenam, Masyarakat belum mampu mendorong untuk membangun inisiatif terbentuknya kelompok ekstra parlemen yang memperkuat posisi tawar masyarakat itu sendiri.

Ketujuh, Masyarakat belum bisa membedakan popularitas seseorang tokoh dibidang profesi sehingga dalam pemilihan masyarakat sering memilih mereka yang populer dibidang profesinya, dimana kemudian si tokoh tersebut telah mendegradasi fungsi profesinya dalam produktifitasnya. Selanjutnya dalam politik tokoh tersebut sesungguhnya tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya sehingga politik rakyat hanya diisi dengan penciteraan politik.

Demikian tujuh sebab masyarakat sulit bersikap untuk perubahan meski setiap hari dalam pemikirannya berharap lahirnya perubahan dari Tuhan sembari menggerutu dan sesungguhnya tergolong apatis dalam politik dan pemerintahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun