Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Mantan Pemimpin Partai Politik

Semua orang terlahir ke dunia dengan tanpa sehelaipun benang, maka yang membedakannya adalah pelayanan kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pembantaian Demokrasi di Negara Demokrasi

10 Oktober 2024   21:59 Diperbarui: 23 November 2024   01:14 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : pexels

Dengan perubahan itu maka terjadilah pembantaian  terhadap kelompok yang berpikir dan berlaku demokratis, tentu mereka adalah orang-orang yang memahami hak politik kader dan mereka adalah warga negara mumpuni.

Sebagai akibat otoriternya sistem yang diterapkan ketua umum pusat maka sebahagian kader partai politik yang memahami harkat dan martabat dirinya harus meninggalkan partai politik, bahkan pendiri partai yang membawa ajaran partai politik harus keluar dari partai politiknya.

Kalau dalam kepemimpinan partai politik sebagai sumber kepemimpinan negara dan daerah maka anda yang bisa berpikir tentang hakikat demokrasi tentu tidak perlu bertanya lagi, bagaimana hak politik rakyat dalam bernegara. Demokrasi apa yang diandalkan dalam politik ? Jawabannya adalah demokrasi pepesan kosong atau trik pembodohan rakyat.

Oleh karena itu, ketika kesadaran sosial, kecerdasan sosial telah tiba dan tidak mampu ditutupi oleh para pelakunya maka sejarah akan berulang sebagaimana reformasi di negeri anda, dimana rakyat akan turun tanpa disuruh atau dikomandokan tetapi dengan moralitasnya akan menuntut hak-haknya bernegara dalam satu bahasa yang kompak.

Tentu setelah semua orang yang menjadi korban politik dalam pembantain demokrasi dalam bernegara yang sesuai dengan konstitusi negara atau kesepakatan masyarakat yang dikhianati oleh beberapa orang tokoh pelaku utama tersebut.

Bila rakyat memahami tentang dampak pembodohan sosial dari pergeseran sistem kepemimpinan maka rakyat bawah juga akan menuntut hak-haknya, tetapi karena mentalitasnya belum pulih mereka hanya menjadi seonggokan warga negara sebagai residu perubahan ke kiri yang ekstrim.

Mengakhiri cerita itu diapun bertanya, apakah anda dan teman-teman anda sebagai  korban kejahatan demokrasi di negara anda?

Memang siapa penjahatnya? Saya balik bertanya. Dia hanya ketawa terbahak sambil menaiki kenderaan jemputannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun