Oleh sebab itu seorang kepala daerah bila ada yang serius ingin melakukan perubahan maka mereka harus menguasai ilmu yang fundamental dalam konsep hidup (ideologi) untuk rakyat disuatu daerah.
Tetapi kalau hanya pada tataran administratif dan membawa kata perubahan simbolik sama dengan omong kosong (talk nonsense) dan dengan mudah dapat digolongkan sebagai propaganda politik atau pembohongan sosial yang masif.
Sebagaimana penulis sampaikan diatas bahwa Nabi sebagai pemimpin dipegang oleh ummatnya karena pernyataan dan perbuatan serta prilakunya yang menjadi ketauladanan. Karena itu tanpa ajaran (ideologi) konsep hidup maka tidak mungkin seseorang layak memimpin walaupun dicalonkan oleh semua partai politik.
Atas dasar itu seseorang yang berbicara salah dan sering salah bicara atau bicara tidak mumpuni sesungguhnya tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin. Maka pemimpin disuatu negara atau daerah perlu belajar dan menjaga prilaku yang normatif. Karena semua yang ada pada mereka adalah alat komunikasi dan menjadi kebijakan publik.
Pemimpin adalah alat komunikasi publik, misalnya dalam berpakaian saja menjadi begitu penting untuk memberi ketauladanan, apalagi sikap idealis, berbicara yang baik, berpidato, menyampaikan konsep, menyampaikan pendapat, dan mengajari hidup rakyat adalah alat utama bagi pemimpin, apalagi mereka berada di negara yang menganut sistem demokrasi.
Seterusnya sikap idealisme menjadi keharusan pada calon pemimpin dan ketika berada pada ranah politik dan sosial yang tidak menghargai hal itu sebagai standar, yang perlu dipertanyakan justru "ada apa dengan masyarakatnya"?
Lantas bagaimana hukumnya jika mereka dengan kata-katanya pernah berbohong, atau dengan prilakunya misalnya yang membohongi publik?
Jawabannya adalah jangankan membohongi publik, membohongi seseorang saja adalah aib bagi calon pemimpin maka partai politik harus membuka kesempatan kepada semua warga untuk rekrutmen dan seleksi sebagai calon pemimpin rakyat.
Sekarang, mari tanya pada google, bagaimana datangnya seorang pemimpin sebagaimana Mahatma Gandhi, Soekarno, Nelson Mandela, apakah mereka dari preman, atau pekerja administrasi atau dari manusia yang memiliki ideologi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H