Oleh : Godfathers
HSI kepanjangan dari Hope Seller Indonesia sebuah bisnis yang merekrut dana rakyat dimana mereka mampu membuktikan dengan Surat Izin Perusahaan dan Akte serta izin perdagangan termasuk memiliki sertifikat OJK dalam meyakinkan publik.
HSI berkantor di Yogyakarta dengan alamat yang diberikan kepada anggota dalam grub whatappsnya, dimana setiap anggota mengetahuinya.
Kebanyakan warga Indonesia yang membuat aplikasi investasi memang berasal dari Yogyakarta, rata-rata 100 persen mereka adalah penipu dan rata-rata aplikasi mereka gulung tikar dalam waktu singkat.
Pimpinan atau General Managernya bernama Badri JM yang mengatakan kepada publik bahwa dia adalah warga negara Indonesia berdomisli di Yogyakarta. Mendengar kata-katanya dalam meyakinkan anggota seperti kita mendengar anak-anak bicara yang berbohong dan menggelikan dan kebanyakan hanya orang ber IQ jongkok yang mempercayainya.
Bisnis HSI bertamengkan  produk susu etawa KW dengan merek Maximos, parfum bermerek Bosman dan skin care sebagai produk tambahan. Dengan produk tersebut HSI bisa menggeser image bahwa perusahaan ini yang pada dasarnya dominan memberi hasil investasi kepada masyarakat pada awalnya dijanjikan 149 persen dalam Tiga bulan. Tapi kemudian semakin lama semakin berkurang dari jumlah tersebut, misalnya pada awalnya mereka janji uang harian 100 Ribu, kemudian jadi 71 Ribu dan kemudian malah jadi 56 Ribu untuk setiap agen dengan modal 3 Juta.
Produk dalam aktivitas HSI justru lebih sebagai syarat bahkan terkesan formalitas karena produk susu dan parfum ini juga dijual bebas di pasar. Sementara yang menarik anggota adalah menerima pendapatan setiap hari dengan dalih sebagai sebagaimana aplikasi investasi ponzi yang marak di Indonesia.
Nah karena dalih yang menguatkan marketing beberapa produk tersebut akhirnya begitu banyak orang yang mendaftar menjadi agen dengan membuka stokist hampir setiap kota yang memiliki member yang mampu memenuhi syarat. Karena syaratnya hanya berorientasi pada besaran jumlah uang dengan jumlah keagenan maka berlombalah anggota menjadi stokis.
Apalagi bisnis ini di perkuat oleh mantan ketua APLI yang masyarakat mengetahuinya sebagai lembaga yang establis bila berbicara tentang bisnis di Indonesia.
Dalam setiap agen HSI menerima Rp. 2.750.000 ditambah dengan upgrade satu agen Rp. 250.000 maka jumlah uang yang diterima HSI pada setiap agen adalah Rp. 3.000.000.
Jadi bisa dibayangkan bagaimana besarnya jumlah uang yang terkumpul pada bisnis HSI tersebut dengan agen yang masuk dari seluruh Indonesia. Dalam membangun kepercayaan masyarakat di awal HSI mengadakan pertemuan dengan menghadirkan sejumlah orang penting yang mampu mempengaruhi publik. Misalnya ketua APLI Jawa Barat dan lainnya yang menyampaikan akan mengawal bisnis publik dimaksud.
Bisnis online adalah bisnis modern yang terbuka apalagi aktivitas mereka merekrut dana publik, karena itu bisnis ini berbasis trust sosial yang perlu di jaga opini publiknya agar tetap mendapat kepercayaan publik. Bila direncanakan untuk alat penipuan maka bisnis ini bisa saja digunakan secara sempurna setelah berhasil membangun kepercayaan.
Terbukti tidak lama setelah pembukaan dan beroperasi perusahaan ini mengalami stagnasi dengan alasan memperbaiki aplikasi mereka yang banyak mengalami kebocoran dengan dalih double akun dan berbagai dalih lainnya yang pada dasarnya tidak diterima akal sehat dalam bisnis.
Badri JM meminta waktu 14 hari atau dua minggu untuk memperbaiki sistem yang anggota tidak semua mengerti kecuali orang-orang yang besar-besaran menanam modalnya ke bisnis jaringan tersebut yang tetap menyampaikan kampanye tentang kebenaran bisnis yang dikelola perusahaan HSI.
Kemudian setiap agen untuk mendapatkan support bonus harian diwajibkan menyetor kembali, karena uang modalnya belum kembali banyak para agen menyetor juga dengan janji manis pihak manajemen yang akan segera membayar bonus harian dan mengirim produk ke alamat masing-masing. Produk seharusnya dikirimkan saat awal agen masuk namun pada kenyataannya mereka terima produk sudah hampir satu bulan.
Kualitas produk tidak dipermasalahkan oleh agen meskipun produk yang dikirim berkualitas barang KW. Berikut yang memjadi prioritas bagi agen adalah support harian sebagaimana hasil investasi yang mereka tanamkan keperusahaan tersebut.
Namun sangat disayangkan beberapa hari kemudian perusahaan HSI mengalami kemacetan lagi masih dengan dalih yang sama, bahkan ada agen yang justru belum menerima support harian dari uang Rp. 250.000 yang dimintakan transfer oleh manajemen HSI untuk mengupgrade akun mereka.
Saya menambah keyakinan bahwa HSI ini berbasis ponzi bahwa mereka meminta anggota mentranfer kemudian mereka mengembalikan beberapa hari dengan masih menyisakan tingkat keuntungan mereka menghentikan dan mencari alasan selanjunya untuk agen harus mentransfer walaupun dalam pernyataan pimpjnan perusahaan disebutkan bahwa biaya upgrade akun ini hanya sekali saja seumur hidup.
Sekarang sudah mengalami stagnasi kelancaran pembayaran sudah hampir satu minggu, saya yakin ini perusahaan banyak gombalnya dari statement yang disampaikan kepada publik melalui videonya.
Jika dalam seminggu ini belum juga dapat dipulihkan maka HSI dengan pimpinan perusahaan Badri JM sudah sangat massif dalam menipu anggota seluruh Indonesia. Jika tidak digugat sebagai penipuan dan dipenjarakan maka mereka setidaknya telah merusak kepercayaan publik dalam usaha pemasaran yang mencemarkan nama baik produk seperti susu.
Memang sulit menumbuhkan kepercayaan kepada orang Indonesia khususmya dalam usaha bisnis, baru baberapa hari saja perusahaan aktif kemudian gulung tikar. Maka hati hati pada perusahaan bisnis yang merekrut dana publik karena daya tahannya terlalu singkat. Hal ini terdapat beberapa fakta nyata tentang bisnis terutama CO nya berasal dari DI. Yogyakarta.
Tulisan ini adalah untuk memberitahukan kepada manajemen HSI bahwa anggota mengetahui dan menyadari bahwa HSI akan mengalami kemacetan karena kelemahan pada manusianya yang membuat platform bisnis dimaksud.
Namun tentu saja kita hanya butuh tanggapan manajemen HSI yang mengembar-gembor kesejahteraan anggota sebagaimana orang yang belum pernah bermain dalam bisnis berbasis ponzi dimaksud.
Kemudian penulis menyayangkan bahwa secara psikologis telah mempengaruhi banyak orang dalam aktivitas HSI, bahkan awalnya mereka berhutang kemudian menambah hutangnya kembali untuk menutupi modal yang dikeluarkan untuk bisnis HSI. Jangan beranggapan bahwa orang yang mengikuti bisnis tersebut adalah orang yang punya cukup uang dan mereka berinvestasi dengan save money. Tapi justru lebih banyak yang menggunakan uang untuk kebutuhan primery serta tidak sedikit mereka yang berhutang karena aplikasi money game tersebut.
Menurut mereka hanya menunggu janji HSI yang menyampaikan alasan memperbaiki aplikasi, setelah itu akan normal kembali pembayarannya, jika tidak bisa membuktikan yang terkesan janji karet ini maka secara resmi dapat dimasukkan HSI sebagai penipu yang menjanjikan macam-macam untuk menarik uang secara paksa pada anggota sebagaimana upgrade akun.
Maka yang menawarkan aplikasi money game adalah manusia kejam tidak berprikemanusiaan yang seharusnya dihukum mati. Saya tidak paham apakah negara ini sengaja membiarkan aktivitas yang merugikan rakyat?
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H