Mohon tunggu...
Tanus Korbaffo
Tanus Korbaffo Mohon Tunggu... Guru - guru

saya adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Atoen Meto dan Budayanya

10 Juni 2024   19:47 Diperbarui: 10 Juni 2024   20:04 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang-orang suku Korbaffo di Sainoni (Foto Tanus Korbaffo)

Atoen Meto Dan Budayanya !

Atoen meto di tanah Timor memiliki tradisi dan budaya yang dijunjung tinggi. Kata orang bijak, pribadi bermartabat adalah pribadi yang menjunjung tinggi budaya dan tradisinya. Atoen meto adalah pribadi yang menjunjung tinggi budaya dan tradisinya sehingga atone meto pantas mendapat predikat pribadi bermartabat.

Pada edisi II ulasan tentang atoen meto, penulis akan memaparkan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh atoen meto dan sampai saat ini masih di jalankan.

1. Budaya Natoni (Tutur adat)

Natoni ini, biasanya dilakukan oleh kaum lelaki atoen meto dalam penyambutan tamu kehormatan. Biasanya ada satu orang sebagai nahkodanya / pemimpin dan lainnya menjadi penyambung.

Contoh natoni:

Afi neon unu in hit tua in hit nasi nsimon nataim ukan dan kubelan .... Dstnya

2. Hel Keta / Tahoe hanaf.

Hel keta atau tahone hanaf menjadi pembuka jalan untuk memulai sesuatu kegiatan. Namun hel keta atau tahone hanaf biasanya menjadi langkah awal dalam proses perkawinan.

Hel (tarik) sedangkan keta (lidi) maka hel keta dipahami sebagai tarik lidi atau taho,e (mengalirkan) hanaf (bahasa/ucapan). Hel keta atau tahone hanaf ini merupakan upacara rekonsiliasi. Segala kesalahan masalah lalu diselesaikan agar leluhur mengaminkan proses selanjutnya.

Upacara adat ini biasa dilakukan di kali yang berair dan lokasi yang anggap netral.

3. Usa Pane / M.nah Fe.u

Kalau belum dilakukan usa pane / m,nah fe,u, atone meto di pah Timor tidak akan makan jagung muda atau segala hasil bumi yang ditanam dalam tahun itu. T,usa dilakukan setelah hasil panen terbaik dipersembahkan di Gereja. T,usa merupakan tradisi penghormatan kepada para leluhur. T.usa dilakukan di rumah adat.

Makanan baru dimasak dan setelah mempersembahkan korban berupa ayam atau babi, setiap orang dipersilahkan mengambil sedikit dari makanan baru itu di dioleskan pada pusar atau perut.

4. Tatam bife fe,u !

Tatam bife fe,u , pada edisi pertama disana tertulis, Atoen meto menganut sistem patriarki. Maka untuk, maka seorang bife feu harus diterima secara adat dalam marga keluarganya. Acara dilakukan setelah setelah proses penyerahan belis selesai.

5. Tasanut fatu / tasanut nonoh !

Seperti pada ulasan edisi I tentang atoen meto, bahwasannya atoen meto menganut sistem patrilineal. Oleh karena itu, setiap perempuan yang memutuskan untuk menikah ia harus siap menjadi keluarga besar suaminya, termasuk harus melepas fatunya (kanaf) dan menyandang kanaf suaminya.

Ada satu acara adat, yakni tasanut nonoh dan tasaeb kanaf. Marga si perempuan diturunkan dan marga sang laki -- laki dinaikan / disandangkan pada si wanita.

6. Nasapu (Msave)

Nasapu menjadi satu tradisi penting bagi masyarakat atoen meto. Nasapu (membuang bala), nasapu ini biasanya dilakukan oleh tetua atoen meto. Sebut saja, ada anggota keluarga yang mimpi buruk atau ada satu kejadian tidak normal, atoen meto yang kental dengan budaya, peristiwa atau mimpi buruk suatu pertanda hal yang tidak baik akan terjadi.

Biasanya akan dilaksanakan tolak bala. Tolak bala (nasapu) ini, ada yang menggunakan tali, benang atau dedaunan (save) daun pohon save berdaun lebar. Tradisi ini dilakukan pada sore hari menjelang matahari terbenan.

7. Oet Asu

Ada satu tradisi turun temurun dalam masyarakat atoen meto, yakni oet asu (memotong anjing). Oet asu ini dilaksanakan tatkala ada anggota keluarga yang meninggal tidak wajar, yang biasanya di sebut maet bese.

Maet bese, anggota keluarga yang meninggal karena kecelakaan, jatuh dari pohon (yang meninggal diluar secara tidak wajar), gantung diri, dll. Maet bese ini dalam tradisi atoen meto, jenasahnya tidak boleh dimasukan ke dalam rumah, hanya di baringkan didepan rumah duka dalam tenda,

Oet asu, dilakukan agar peristiwa yang dialami oleh keluarga tidak terulang lagi.

8. Oko Mama

Setiap manusia menghendaki agar agar hidup aman dan nyaman. Atoen meto mengenal dan memiliki satu budaya oko mama. Oko mama dalam tradisi atone meto biasanya dilakukan pada acara atau peristiwa tertentu.

Sebuat saja ketika terjadi perselisihan, oko mama menjadi peristiwa rekonsialiasi. Atau untuk melakukan suatu acara oko mama menjadi simbol atau undangan resmi. Atone meto, ada istilah ketika oko mama sudah naik ke meja setiap persoalan harus selesai.

Kupang, 10 Juni 2024

Tanus Korbaffo

Bersambung..............................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun