Mohon tunggu...
TANTI RATNAWULANDARI
TANTI RATNAWULANDARI Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Salam Literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Ecoliterasi Berbasis STEM

2 Mei 2021   05:10 Diperbarui: 4 Mei 2021   10:04 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 merupakan sebuah software bagi pendidikan karena kurikulum 2013 sebagai sistem motor penggerak serta acuan dalam mengembangkan pembelajaran. Kurikulum 2013 sebagai garis – garis besar dalam pembelajaran memberikan rambu – rambu kepada guru dalam membelajarkan peserta didik. Kurikulum 2013 dirancang dan direkomendasikan oleh pemerintah karena di dalam kurikulum 2013 telah tersirat pembelajaran abad 21, tidak hanya itu kurikulum 2013 yang telah direvisi pemerintah beberapa kali memberikan beberapa tujuan, antara lain penguatan pendidikan karakter (PPK), pengembangan budaya literasi dasar, serta aplikasi HOTS (Higher Order Thinking Skill).

Pembelajaran Abad 21 yang dijiwai 4C dimana 4C itu keterampilan berkomunikasi, keterampilan berkolaborasi (Collaboration), keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking Skill) serta keterampilan  berpikir kreatif (Creative Thinking) harus senantiasa dibangun, karena keterampilan itu memberikan peran penting dalam menjawab tantangan revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan transformasi di segala aspek ilmu pengetahuan dengan memberdayakan kecanggihan teknologi berbasis digital. Revolusi industri 4.0 memberikan tantangan bagi para guru agar melek literasi digital khususnya berbasis ICT (Information and Comunication Technologies).

Dalam panduan teknis pembelajaran tematik terpadu kementerian dan kebudayaan menjelaskan bahwa guru harus melatihkan peserta didik berupa kemampuan atau keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking), dengan tujuan meningkatkan kemampuan peserta didik berpikir nalar untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang lebih rumit atau memecahkan suatu kasus masalah yang lebih rumit. Peserta didik lebih banyak belajar sendiri dan mengembangkan kekreatifitasannya dalam memecahkan masalah. Semakin tinggi keterlibatan peserta didik, maka  pengalaman belajar  semakin bermakna. Tantangan masa depan menuntut pembelajaran, khususnya pada pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking Skill).

Pembelajaran yang baik dijiwai oleh pembelajaran yang melatih peserta didik untuk berpikir kritis (Critical Thinking Skill), dengan demikian membentuk karakter peserta didik yang terampil berpikir kritis dan pada akhirnya berdampak positif terhadap kegiatan budaya ecoliterasi atau budaya baca berwawasan lingkungan. Menurut Ria Kurniasari (2018) Ecolietrasi merupakan pola pikir dimana bahwa menyadari pentingnya menjaga lingkungan harus dilakukan melalui pendidikan yang bertujuan untuk membangun sebuah masyarakat berkelanjutan yang memiliki kesadaran pentingnya lingkungan hidup. Pembelajaran yang berorientasi membangun keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking Skill) menuntut peserta didik aktif dalam pembelajaran, sehingga guru bersifat sebagai fasilitator, guru sebagai fasilitator maksudnya, guru menjembatani peserta didik disaat peserta didik menemukan kesulitan dalam memecahkan masalah yang mereka temukan. Ecoliterasi merupakan budaya literasi berwawasan lingkungan, dimana pembelajaran yang membelajarkan peserta didik akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

STEM sebagai pendekatan pembelajaran dalam implementasinya sangat tepat diintergrasikan bersama budaya ecoliterasi. Pendekatan STEM (Sains, Tecnology, Engineering, Mathematic) adalah dimana merujuk pada pendekatan dalam pendidikan dimana sains, teknologi, teknik, matematika terintegrasi dalam proses pendidikan yang berfokus pada pemecahan masalah dalam kehidupan sehari – hari yang nyata serta dalam kehidupan profesional. Menurut Jaka Afriana (2016) STEM merupakan disiplin ilmu yang berkaitan erat satu sama lain.

Pembelajaran berbasis literasi STEM (Sains, Tecnology, Engineering, Mathematic) sangat penting karena memiliki hubungan erat dengan pengembangan pembelajaran abad 21. Pembelajaran berbasis literasi STEM merupakan salah satu pembelajaran alternatif yang potensial digunakan untuk membangun keterampilan abad 21. Pembelajaran ecoliterasi berbsis STEM dapat dikemas dengan memberdayakan keterampilan berpikir kritis siswa.

Dari beberapa masalah serta penemuan penulis selama membangun keterampilan berpikir kritis siswa, penulis mencoba membahas bagaimana peran guru dalam membangun membangun keterampilan berpikir kritis (critical thinking skill) siswa melalui ecoliterasi berbasis STEM (sains technology engineering matematic).

KAJIAN TEORI

Menurut Cahyana dkk (2017) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi, kemampuan mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan orang lain. Berpikir kritis dalam pembelajaran dilakukan oleh siswa yang mampu menjawab pertanyaan tentang bagaimana (how) dan mengapa (why) dengan menggunakan prinsip – prinsip dan konsep – konsep. Irawan dkk (2016) kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam dalam menyelesaikan suatu persoalan secara efektif dengan argument yang dapat membantu seseorang untuk menganalisis, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Dari dua pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan berpikir kritis adalah keterampilan berpikir secara aktif menghimpun informasi, mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi yang diperoleh atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

  • Ecoliterasi

Menurut Ria Kurniasari (2018) Ecolietrasi merupakan pola pikir dimana bahwa menyadari pentingnya menjaga lingkungan harus dilakukan melalui pendidikan yang bertujuan untuk membangun sebuah masyarakat berkelanjutan yang memiliki kesadaran pentingnya lingkungan hidup. Diana Kusumaningrum (2018) Ecoliterasi atau literasi lingkungan diartikan sebagai pengetahuan tentang lingkungan serta sikap seseorang yang digunakan untuk membuat keputusan yang efektif dalam berbagai konteks lingkungan. Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ecoliterasi merupakan pengetahuan tentang lingkungan baik mencakup tentang bagaimana bersikap memperlakukan lingkungan maupun bagaimana cara mengengembangkan kelestarian lingkungan agar tercipta kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

  • STEM

Menurut Ana Permanasari (2016) literasi STEM atau literasi sains dan teknologi adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains dan penerapannya, mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti – bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan pada alam sebagai aktivitas manusia dalam kehidupan sehari - hari. Bybee dalam Irma Rahma Suwarma (2015) literasi STEM mengacu : (1) pengetahuan, sikap, dan keterampilan seorang individu untuk mengidentifikasi pertanyaan dan permasalahan dalam kehidupan nyata, menjelaskan suatu hal yang alamiah dan yang terancang (natural and design world), serta menggambarkan kesimpulan berbasis fakta – fakta mengenai isu – isu STEM, (2) pemahaman seorang individu mengenai karakteristik disiplin ilmu STEM sebagai bentuk dari pengetahuan, inkuiri dan desain manusia, (3) kepekaan seorang individu tentang bagaimana STEM membentuk material, intelektual dan budaya lingkungan kita, dan (4) keinginan seorang individu untuk terikat dalam isu STEM dan terikat dengan ide – ide science, technology, engineering, and mathematics sebagai seorang warga yang konstruktif, peduli dan reflektif. Menurut Clara Aldila (2017) Science,Technology, Engeneering and Mathematics (STEM) merupakan pendekatan baru dalam perkembangan dunia Pendidikan yang mengintegrasikan lebih dari satu disiplin ilmu. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan Literasi STEM merupakan kemampuan menggunakan sains dan teknologi dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata serta mampu menarik kesimpulan berdasarkan bukti – bukti sehingga tercipta pribadi yang konstruktif, peduli dan reflektif terhadap alam dan perubahan pada alam sebagai aktivitas manusia dalam kehidupan sehari - hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran STEM (Sains, Tecnology, Engineering, Mathematic) merupakan pendekatan pembelajaran yang diintegrasikan bersama dengan budaya ecoliterasi dan keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking Skill). Kegiatan STEM dikembangkan terintegrasi bersama pelaksanaan pembelajaran  kurikulum 2013 yang mengarah pada pengembangan pembelajaran abad 21. Pembelajaran ecoliterasi berbasis STEM adalah pembelajaran yang memiliki sintaks membangun keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah dan keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking Skill)  sehingga secara aktif dapat membangun ecoliterasi berbasis STEM. STEM sebagai pendekatan pembelajaran sebagai jembatan dalam pengembangan budaya ecoliterasi untuk membangun keterampilan berpikir kritis siswa (Critical Thinking Skill).

Tujuan dan hasil membangun keterampilan berpikir krisis siswa melalui budaya ecoliterasi berbasis STEM adalah memberikan dampak positif bagi guru dan peserta didik dalam pembelajaran ecoliterasi. Tujuan pendidikan ecoliterasi berbasis STEM bagi guru antara lain meningkatkan konten ecoliterasi berbasis STEM dan meningkatkan kemampuan pedagogik seorang guru. Tujuan Pendidikan ecoliterasi  berbasis STEM bagi peserta didik adalah membangun keterampilan berpikir kritis melalui budaya ecoliterasi berbasis STEM, menciptakan minat dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, membuat jejaring, serta meningkatkan kompetensi abad 21.

Hasil yang diharapkan dengan membangun keterampilan berpikir kritis siswa melalui budaya ecoliterasi berbasis STEM bagi guru adalah memberikan perubahan  dalam pola kegiatan pembelajaran serta meningkatkan konten ecoliterasi berbasis STEM. Hasil pendidikan ecoliterasi berbasis STEM yang diharapkan bagi peserta didik adalah peserta didik mampu belajar dan berprestasi, mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui budaya ecoliterasi berbasis STEM, yang pada akhirnya mampu terampil dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.

Keterpaduan dan sinkronisasi antara kegiatan pembelajaran di kelas dengan membangun keterampilan berpikir kritis siswa melalui budaya ecoliterasi berbasis STEM akan  berdampak positif  dalam implementasi pengembangan pembelajaran abad 21 sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) penilaian yang menjadi standar pencapaian kompetensi.

 

SIMPULAN 

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa membangun keterampilan berpikir kritis peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan ecoliterasi peserta didik. Begitupun sebaliknya dengan pembelajaran budaya ecoliterasi berbasis STEM dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Dan diharapkan dalam implementasi kurikulum 2013, semua guru mampu mengintegrasikan kegiatan budaya ecoliterasi berbasis STEM di dalam kegiatan pembelajarannya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang pada akhirnya mempengaruhi efektifitas hasil belajar khususnya hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ana Permanasari (2016). STEM Education : Inovasi dalam Pembelajaran Sains. Seminar Nasional Pendidikan Sains “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad 21”, Surakarta, 22 Oktober 2016

Ari Irawan & Chatarina Febriyanto (2016). Penerapan Strategi pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 22, Nomor 1, Juni 2016, hlm 9 -17

Arends, Richard. 2008. Learning to Teach. Penerjemah: Helly Prajitno & Sri Mulyani. New York: McGraw Hill Company.

Clara Aldila (2017). Pengembangan LKPD Berbasis STEM untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika, Universitas Lampung, Volume 5, halaman 85 - 95

Diana Kusumaningrum (2018), Literasi Lingkungan Dalam Kurikulum 2013 Dan Pembelajaran IPA di SD, Prosiding Indonesian Journal Of Natural Science Education, Volume 01, Nomor 02, 2018, halaman 57 - 64

Irma Rahma Suswarma (2015), Balloon Powered Car Sebagai Media pembelajaran IPA Berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, And Matematics). Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015) 8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia

Jaka Afriana (2016), Penerapan Project Based Learning Terintegrasi STEM untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Ditinjau dari Gender. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016, 202 - 212

Kosasih, 2015. Strategi Belajar Mengajar Dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.

M. Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ria Kurniasari (2018), Peningkatan Ecoliterasi Siswa  Terhadap Sampah Organik Dan Anorganik Melalui Grup Investigation Pada Pembelajaran IPS. Jurnal EduHumaniora, Vol. 10 No. 2 Juli 2018, Hal 133 - 139

Ucu Cahyana, Abdul Kadir, Monalisa Gherardini (2017). Relasi kemampuan Berpikir Kritis Dalam Kemampuan Literasi Sains Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar, Tahun 26 Nomor 1, Mei 2017, hlm 14 – 22

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun