Tetapi benarkah anggapan para makhluk surga itu?
Bumi tak hanya indah, tetapi juga liar. Karenanya malaikat sungguh bukan makhluk yang tepat untuk mengembara di muka bumi. Kepatuhan lahir dari jiwa-jiwa yang lembut. Jiwa-Jiwa malaikat yang bening hanya layak berada dalam kehidupan surgawi yang indah dan tanpa kesulitan. Kepatuhan sepertinya bukan senjata yang ampuh untuk menaklukan liarnya kehidupan di bumi.
Bumi memerlukan satu bentuk makhluk lain yang lebih tangguh untuk berjalan dan mengembara di permukaannya. Satu makhluk yang di jiwanya bertarung antara kepatuhan dan pengingkaran di saat yang sama. Paduan yang akan membuatnya bertarung melawan diri sendiri sebelum menghadapi dunia lain di luar dirinya. Jika gagal mengalahkan diri sendiri, maka ia akan menjadi makhluk perusak. Tuhan sudah menyiapkan aturan yang sangat jelas untuk kelemahan jiwa seperti itu. Jika berhasil mengalahkan pengingkaran dalam dirinya, maka ia menjadi makhluk mulia yang akan menjaga bumi ini dengan sangat baik. Makhluk itu disebut An-Nas, manusia.
Tuhan mengumumkan keinginannya di hadapan penghuni surga, "Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi."
Serta merta para malaikat menyatakan keberatan mereka. "Apakah Engkau hendak menciptakan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memujiMu dan mensucikan namaMu?"
Allah menenangkan para malaikat dengan mengingatkan Dialah Tuhan, Allah yang Maha mengetahui apa-apa yang makhluknya tidak ketahui, innii a'lamu maa laa ta'lamuun..
Lalu untuk membuktikan kepada para malaikat bahwa makhluk yang Ia ciptakan sungguh sangat layak menjadi khalifah di bumi, Allah mengajarkan segala sesuatu kepada Adam. Semua nama dari semua benda. Kemudian Allah membawa Adam ke hadapan semua penghuni surga.
Kepada para malaikat Allah berfirman, "Sebutkan kepadaKu semua (benda) ini jika kamu sekalian yang benar."
Para malaikat menjawab, "Maha Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain apa-apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami."
Ketika Adam dengan cermat mampu menyebutkan nama segala benda di surga saat Allah memintanya menyebutkan semua nama kepada malaikat, barangkali Tuhan tersenyum puas ketika "menggoda" para malaikat dengan berfirman, "Bukankah telah kukatakan kepadamu bahwa aku mengetahui rahasia-rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Tetapi sungguh benar Adam adalah manusia yang diciptakan dengan segala patuh dan nafsu yang bersatu di dadanya. Dengan segera Adam menjadi bosan. Ia tak ingin sendiri di surga yang megah itu. Tempat itu terlalu besar untuk ia jelajahi sendiri. Makanan terlalu melimpah untuk dihabiskan olehnya. Keelokan dirinya yang tak tertandingi manusia lain dan selalu dibalut pakaian-pakaian mewah surgawi tidak berarti apa-apa tanpa ada yang mengaguminya. Lagi pula kepada siapa ia bisa berbagi rasa? Adam sungguh kesepian. Seratus tiga puluh tahun hidup sendiri, rasanya sudah cukup.