Mohon tunggu...
Kebijakan Pilihan

Peluang Chairul Tanjung, Cawapres Jagoan Denny Siregar (2)

9 Juni 2018   23:04 Diperbarui: 9 Juni 2018   23:18 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak bangsa tetep nganggur aja

Di sana sini orang menjerit. Harga-harga selangit hidup yang sulit,

Sembako naik, listrik naik

Di malam buta, BBM ikut naik (buset)

Pertanyaanya, bagaimana mengukur kondisi ekonomi di daerah atau di desa-desa? Kita bisa mengukurnya berdasarkan variabel berikut; keberadaan bank, pasar, dan kondisi jalan (infrastruktur).

Hasil studi Nurdien dan Teguh menunjukkan bahwa fasilitas desa seperti bank, pasar, dan kondisi infrastuktur berperan penting sebagai pertimbangan rakyat ketika memilih presiden. Peluang Jokowi untuk meraih suara lebih dari 50 persen naik hampir 2 persen di desa yang infrastukturnya bagus. Rakyat desa memang seringkali berharap terlalu besar kepada pemerintah pusat. Akibatya, saat kondisi jalan di desa mereka bagus, mereka cenderung berterima kasih kepada presiden.

Gejala semacam ini sudah kita lihat di era Jokowi. Di banyak tempat, seperti di Sumatera Utara, masyarakat lokal sudah akrab dengan nama "Jalan Jokowi" atau "Tol Jokowi" karena pembangunannya terjadi di era Jokowi.

Pada Pilpres 2014, penelitian menunjukkan bahwa daerah yang memiliki kelas menengah cukup besar ternyata memilih Jokowi, sedangkan buruh tani desa cenderuh memilih Prabowo. Mirip dengan Donald Trump, Prabowo yang sebenarnya tak pernah hidup susah sepanjang hidupnya, berhasil memainkan politik populis seolah-olah dialah harapan petani kecil, nelayan melarat, dan rakyat jelata lainnya.

Selain faktor ekonomi, kontrol atas media juga berpengaruh besar dalam Pilpres. Pada Pilpres 2014, misalnya, orang desa yang punya televisi dan sinyalnya bagus cenderung memilih Prabowo. Sebab, pemberitaan media cenderung bias, tergantung sikap politik pemiliknya. Selain media tradisional, media online juga berpengaruh besar dalam mempengaruh opini publik.

Faktor ketiga yang tak kalah penting adalah agama. Yes, masyarakat kita masih sangat sensitif terhadap isu agama, dan politikus yang mengetahui hal ini betul-betul akan mengeksploitasinya pada Pilpres 2019. Sebagai perbandingan, hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang Jokowi meraup suara lebih dari 50 persen turun sebesar 38,3 persen di desa yang mayoritas beragama Islam.

Penelitian terhadap Pilpres 2014 juga menunjukkan hasil mengejutkan lainnya. Ternyata, desa yang tak punya akses media cenderung memilih Jokowi. Mereka mendapatkan informasi soal Jokowi dari kader partai, simpatisan, atau relawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun