Apa sebenarnya kelemahan utama Jokowi selama periode pertama kepemimpinannya bersama Jusuf Kalla?
Yang menonjol tentu saja ekonomi dan keamanan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 hanya 5,01 persen, tahun 2015 sebesar 4,88 persen, tahun 2016 sebesar 5,03 persen, dan tahun 2017 sebesar 5,07 persen. Artinya, Jokowi-JK belum pernah mencapai target pertumbuhan ekonomi yang mereka kehendaki, yakni sebesar 7 persen. Dari sektor keamanan, masih ada PR besar untuk memberantas terorisme. Secara politik, nyaris tak ada gonjang-ganjing sekelas kasus Bank Century, kecuali Aksi Bela Islam.
Jadi, masuk akal bahwa Jokowi akan lebih memilih wakil presiden yang paham dan bisa membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia sesuai target. Lagi-lagi, Chairul Tanjung termasuk menonjol dari sudut pandang ini. Dia berpengalaman sebagai pengusaha, juga selaku Menko Perekonomian.
Dibanding, misalnya, dengan Gatot Nurmantyo, Chairul jauh lebih unggul dari sisi apa pun, kecuali popularitas. Namun, mengingat popularitas Jokowi sudah cukup tinggi, dia sebenarnya tak memerlukan wakil yang punya popularitas tinggi. Tak seperti Gatot yang memainkan isu agama, Chairul jauh dari sikap kontroversial.
Persoalan ekonomi memang sangat vital perannya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) di Indonesia. Nurdien Aji dan Teguh Dartanto, dalam artikel bertajuk "Behind the Jokowi's victory: did economic voting matter in the 2014 Indonesian presidential election?" yang dimuat Asia-Pacific Journal of Regional Science menuliskan, rakyat Indonesia menilai keberhasilan pemerintah berdasarkan kondisi ekonomi yang mereka rasakan.
Karena itu, daerah yang pertumbuhan ekonominya baik akan cenderung memilih partai/pemimpin yang berkuasa. Demikian sebaliknya, mereka yang merasa kondisi ekonomi memburuk akan memilih lawan petahana.
Dari data ini, kita jadi sangat mafhum genderang politik yang dimainkan kubu oposisi melalui lagu #2019GantiPresiden. Mereka juga bicara ekonomi yang diklaim tambah buruk, seperti lirik di bawah ini:
Dulu kami hidup tak susah. Mencari kerja sangat mudah
Tetapi kini, pengangguran, semakin banyak gak karuan
10 juta lapangan kerja. Tetapi bukan untuk kita
Kerja, kerja, kerja, buruh asing yang kerja