Mohon tunggu...
Tania Agustina Suherman
Tania Agustina Suherman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama : Tania Agustina Suherman NIM : 43222010008 Jurusan : S1 Akuntansi Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 1 - Berpikir Positif dan Dampak dalam Melakukannya

12 Oktober 2023   16:52 Diperbarui: 12 Oktober 2023   17:11 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ihttps://www.liputan6.com/hot/read/4265250/25-kata-kata-berpikir-positif-dari-para-tokoh-terkenal?page=2nput sumber gambar

Lalu apasi dampak negatif yang akan terjadi jika berlebih dalam berpikir positif??

Berpikir positif itu kan berfocus dengan hal hal yang baik. Banyak manfaatnya juga, seperti mengurangi stress, meningkatkan kesejahteraan mental, dan juga meningkatkan produktivitas. Tapi semisal kita berpikiran positif secara berlebihan atau mengabaikan masalah yang nyata (real) juga pasti bisa memiliki dampak negatifnya. Karena penting juga untuk kita tetap realistis dan menghadapi masalah yang ada sambil memandangnya dengan sikap yang positif. Jadi, dampak negatifnya itu bisa berisiko bagi kesehatan fisik dan mental kita.

Ekspektasi yang kita ciptakan bjsa menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. sekitar 1 dari 4 resolusi diabaikan dalam minggu pertama dan hingga 90 persen dari upaya revisi diri secara totalitas berakhir dengan kegagalan. Menariknya, perihal ini bukan diakibatkan sebab pesimisme ataupun keyakinan diri yang lemah, melainkan sebab optimisme yang kelewatan. Terus menjadi ambisius tujuan, terus menjadi yakin diri kalian buat mencapainya. Tidak hanya itu, terus menjadi kalian berharap memperoleh keuntungan darinya, pada kesimpulannya, terus menjadi kecil mungkin buat sukses.

 Di sisi lain, mereka yang cenderung lebih pesimis malah lebih bisa jadi buat menggapai tujuannya. Ini sebab keraguan diri mendesak mereka buat bekerja lebih keras guna menggapai tujuannya. Jadi, bila kalian betul- betul menginginkan suatu, lebih baik kalian berpikir kalau kalian hendak kesusahan mendapatkannya daripada berasumsi kalau kalian telah tentu hendak mendapatkannya supaya kalian termotivasi buat mengejarnya.

Pikiran positif yang dikombinasikan dengan emosi negatif lainnya mungkin berdampak buruk pada kesehatan mental, serupa dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya. Praktisinya dikenal sebagai praktisi Toxic Positivity. Toxic positivity merupakan suatu perilaku yang mendorong seseorang untuk selalu memiliki pikiran dan emosi yang positif, bahkan ketika berada dalam situasi yang menantang. Toxic positivity yang dilakukan terus menerus dan dalam jangka waktu lama meningkatkan risiko terjadinya stres, depresi, gangguan cemas, dan gangguan mental lainnya.

Kemudian apasi yang dimaksud Toxic Positivity yang disebutkan diatas itu?

Toxic positivity adalah obsesi khusus dengan terus-menerus memiliki perasaan positif dan menekan emosi negatif seperti kesedihan, kemarahan, dan kebencian, bahkan ketika dalam situasi bahagia. Seseorang yang ada atau terjebak di dalam toxic positivity bakal punya keyakinan kalau bersikap positif merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada. Perilaku yang disebutkan di atas dapat diperkuat oleh kata-kata penulis sendiri atau bahkan saran dari orang lain.

Beberapa contoh tulisan yang pada akhirnya dapat menimbulkan Toxic positivity adalah sebagai berikut:

  • Orang yang baru memulai harus diingatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi memiliki alasan khusus untuk terjadi.
  • membandingkan perilaku buruk pribadi seseorang yang lebih parah dengan perilaku buruk mereka sendiri yang lebih parah.
  • Siapkan diri Anda untuk secara konsisten mencapai ketinggian baru tanpa khawatir tentang kesulitan yang akan datang.
  • Tanamkan pikiran dengan melihat sisi baik atau positifnya kepada diri sendiri setiap mengalami keadaan yang tidak baik (buruk)

Toxic positivity sering tidak diakui oleh orang-orang yang secara aktif terlibat dalam situasi ini. Untuk alasan ini, sangat penting untuk mendiskusikan kepositifan melingkar beracun dengan orang lain sehingga Anda dapat memahami perilaku buruk ini. Salah satu contoh seseorang yang terlibat dalam proses positif beracun adalah sebagai berikut:

  • Menyembunyikan emosi yang sesungguhnya lagi dialami.
  • Menghakimi orang tidak dikeanl (orang lain) yang mengeluarkan emosi negatif.
  • Menyemangati orang lain tetapi diiringi dengan statment yang menyepelehkan.
  • Menjauhi permasalahan berat yang lagi dirasakan.
  • Merasa bersalah pada diri sendiri tiap kali meluapkan emosi negatif.

Semua suatu atau segala suatu yang kelewatan pasti mempunyai akibat yang tidak baik. Begitu pula dengan berpikir positif. Akibatnya atau dampak buruknya dari berpikir positif yang over atau disebut juga toxic positivity, sebagai berikut:

  • Kesusahan buat mengatakan emosi. Toxic positivity bisa menyebabkan seorang jadi susah buat mengatakan emosi yang sesungguhnya lagi dialami.
  • Emosi yang tidak diluapkan serta menumpuk sebab sikap toxic positivity hendak merangsang terbentuknya kendala mental, semacam anxiety disorder, post traumatic disorder( PTSD), serta lain sebagainya.
  • Mengabaikan kondisi kurang baik yang bisa membahayakan diri sendiri. Misalnya, seorang yang telah terlanjur terjebak dalam toxic positivity cenderung hendak mengabaikan sikap agresif dari pendamping( abusive relationship) serta gampang memaafkan sikap agresif pendamping ditambah dengan pemikiran optimis kalau pendamping hendak berganti.
  • Rendah diri. Toxic positivity hendak membuat seorang gampang buat merasa rendah diri apabila nampak lagi tidak baik- baik saja kala berhadapan dengan orang lain.

Metode utama buat menjauhi toxic positivity merupakan dengan menerima seluruh emosi yang dialami oleh diri sendiri ataupun orang lain. Kamu butuh menguasai kalau emosi positif ataupun negatif ialah perihal valid serta realistis. Tidak hanya itu, metode lain yang dapat Kamu jalani buat menjauhi toxic positivity merupakan selaku berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun