Mohon tunggu...
Riri Tangahu
Riri Tangahu Mohon Tunggu... dosen -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Takdir Terakhir

20 Februari 2017   08:46 Diperbarui: 21 Februari 2017   12:47 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan, bukan karena tidak ingin memaafkan, bukan. Bahkan sejak kamu memutuskan meninggalkanku mematung di altar pernikahan, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk dapat memaafkan, tanpa harus mendengar maaf darimu. Kepribadianmu yang begitu tegas, pasti punya alasan yang kuat untuk mengambil keputusan itu. Hanya saja, kenapa keputusan itu datang sesaat sebelum ikrar suci siap diucapkan.

Juga, apa yang barusan kamu bilang. Maaf? Tidak bisakah kamu berpura-pura tidak mengenaliku? Terang saja, kata maaf itu hanya semakin memperjelas ingatan demi ingatan yang sekarang berputar-putar di pikiranku.

Cukup, sudahlah! Semakin diingat, semakin membuat kepalaku pusing. Ingatan-ingatan ini hanya membuat luka yang baru pada luka yang lama. Aku berharap, kamu juga bisa memahami sikap diamku saat ini. Juga, tidak perlu ada pertemuan lagi setelah ini. Percaya saja, ini takdir terakhir Tuhan untuk kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun