Bukan, bukan karena tidak ingin memaafkan, bukan. Bahkan sejak kamu memutuskan meninggalkanku mematung di altar pernikahan, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk dapat memaafkan, tanpa harus mendengar maaf darimu. Kepribadianmu yang begitu tegas, pasti punya alasan yang kuat untuk mengambil keputusan itu. Hanya saja, kenapa keputusan itu datang sesaat sebelum ikrar suci siap diucapkan.
Juga, apa yang barusan kamu bilang. Maaf? Tidak bisakah kamu berpura-pura tidak mengenaliku? Terang saja, kata maaf itu hanya semakin memperjelas ingatan demi ingatan yang sekarang berputar-putar di pikiranku.
Cukup, sudahlah! Semakin diingat, semakin membuat kepalaku pusing. Ingatan-ingatan ini hanya membuat luka yang baru pada luka yang lama. Aku berharap, kamu juga bisa memahami sikap diamku saat ini. Juga, tidak perlu ada pertemuan lagi setelah ini. Percaya saja, ini takdir terakhir Tuhan untuk kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H