Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Democrazy

20 Desember 2020   07:34 Diperbarui: 20 Desember 2020   08:01 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: gielardino.wordpress.com

Aku coba jelaskan kepada Al saat itu, seperti seorang dosen saja, diri 'ku menggurui Al dan dia tampak antusias mendengar bacotan 'ku.

"Dari perdebatan itu, mereka akhirnya tidak saling bicara untuk beberapa lama, namun kemudian masing-masing dari mereka merasa ada yang salah, sebab jika sebuah bangsa yang baru merdeka dari penjajah kemudian berseteru sesamanya, maka akan tamatlah riwayat mereka."

"Dalam perjalanan sejarah negara-bangsa, demokrasilah yang dipilih sebagai sistim di negeri ini"

"Demokrasi adalah mencari sepiring nasi di bawah ketiak elit politik negara, kemudian ketika sudah habis, datang lagi menjilat pantat sepatu mereka sudah itu membungkuk pada oligarki dan membuka tangan selebar-lebarnya untuk menerima kapitalisme dan besannya, investor untuk menggerus tanah kita, begitu kan defenisinya?" Timpal Al begitu cepat sampai mataku membelalak menatapnya sedang mulut terbuka.

Sudah dia ucapkan defenisi menurutnya, kami terdiam sejenak, dan aku jadi tegang dengan rentetan kata-kata itu, lalu..

"Hahahahahaha" tawa kami pecah memenuhi ruangan.

Kemudian, aku diam sejenak, mengingat ucapan Al barusan ""Demokrasi adalah mencari sepiring nasi di bawah ketiak elit politik negara... bla bla bla"  dalam pada itu, aku pikir yang dikatan Al ada benarnya. Toh selama ini, kehidupan bangsa kita seperti itu adanya, yang di atas terus di atas dan mengawan tanpa mau menengok apa pula mampir ke bawah, dan di bawah dibiarkan terkatung-katung dalam keterlataran dan kemelaratan.

"Jika demokrasi menjamin hak, tidak mungkin akan ada banyak masalah di negeri ini. Kau tahu, Marsinah, ketika melawan, meminta kenaika gaji kerja, apa yang terjadi padanya? Dia mati dan baru ditemukan tiga hari setelahnya dibunuh, vaginanya dirobek dengan senapan, begitu keji orang-orang yang membunuhnya. Tapi apa? Mereka yang dianggap pembunuh marsinah tidak mendekam lama dalam pingitan, asal uang bermain semua beres. itukah demokrasi?"

"Atau Munir, seorang yang begitu getol perjuangkan Hak Asasi Manusia di negara ini, kau tahu? Dia diracuni, dibunuh di dalam pesawat garuda, ketika hendak ke Belanda melanjutkan pendidikannya, itukah demokrasi?"

"Juga masalah yang lain di negeri ini, seperti beberapa waktu lalu 6 anggota FPI, ditembak orang tak dikenal di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek tanpa ada rasa bersalah, dan baru kemudian akhirnya diketahui, mereka oknum-oknum polisi" apakah ini yang kau maksudkan demokrasi?

"Apakah dari semua rentetan masalah itu, pantaskah negeri ini disebut paling demokratis dengan sistem demokrasinya? Hahaha bulsit, Andre." Katanya kepada 'ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun