Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kataku Tak Perlu Malu

31 Agustus 2018   22:53 Diperbarui: 31 Agustus 2018   23:08 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti Widji berteriak kutukan berkali dalam puisi

getol kebenaran meledak bak pelatuk ditarik

bunyi menjadi gelora kobaran api

pun suara kebenaran berlarian apik

makin terus hidup

bukan dengan "kau ini bagaimana, Aku harus bagaimana?"

tapi pada seribu kali ucap kata

kebenaran tak pernah "redam" selamanya

ciptakan Malumu untuk Maluku berpadu

ketika kau datang dengan mata

aku menunggu dengan sedia batin

lalu sama-sama melihat pembatas dinding batil

bahwa mata batin akan membenarkan kebenaran

"hidup seribu tahun lagi" dalam kepala selamanya

hanya untuk menjadikan kau Maluku dari Malumu

adalah kerap bermunculan keberanian

seperti "beta patti rajawane"

"yang dijaga datuk-datuk"

tak perlu malu untuk Maluku

lalu hidup pada sunyi siang

di pulau Run dengan keramaian merah fuli

adalah darah leluhur seribu kali bernafas

jika lepas itu ingatan darah

Maluku tak perlu kau ragu

cecap saja racik cengkeh dan pala

biar nafas malu itu tak sebatas kata-kata

lalu jadilah kau peluru menembus jantung kemiskinan

kataku tak perlu malu untuk menjadi Maluku

seperti ibu pada tiga tungku

dibawah puncak murkele, Binaya, Manusela, Ganapus, Rana,

Kapahaha, Salahutu yang mengikat darah

menjaga pepatah tua dari selaput darah hutan

dan semua laut kehidupan purba.

kataku tak perlu malu menjadi Maluku

seperti Ibu pada tiga tungku;

pada pasir putih liang, Natsepa, Ora, Nusa Ela,

karang :lubang buaya, pintu kota, sampai eksotik Meti kei.

yang memanjakan mata dari hati petuah leluhur.

hanya untuk melilit tali damai sepanjang Jembatan Merah Putih;

melingkari gong perdamaian di jantung kota.

maka jadilah kau Maluku untuk kata-kata kebenaran

nan menjulang tinggi, menukik jauh bumi Pertiwi

untuk hidupmu pada malu seribu kali hilang pilu

seperti Widji Thukul, Chairil Anwar, dengan Mangarah kata

"menjadi peluru", hendak "binatang jalang" untuk abadi

dalam "kataku tak Perlu Malu" menjadi Maluku.

Ambon, September 2018

Oleh: Tanah Beta

catatan: Puisi ini menggunakan beberapa penggalan sajak dari Widji Thukul, Chairil Anwar, dan Gus Mus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun