Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penantian Cinta Seorang Pelukis

14 Maret 2017   20:03 Diperbarui: 14 Maret 2017   20:45 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

‘Tadi pagi, setelah terjaga dari tidurku semalam, aku membersihkan diriku dan bergegas kerumah tamanku. Lalu papaku menelpon dan menyuruhku pulang. Aku lalu bergegas meninggalkan rumah temanku.

Kemudian dia melanjutkan, ‘Dirumah papa mengatakan padaku, aku akan di sekolahkan ke luar negeri. Aku tersontak kaget. Sebelum bertanya kenapa harus ke luar negeri, papa menghilang meninggalkanku tanpa mendengar perkataan apapun dariku. Setelah mendengar perkataan papa, aku teringat akan dirimu, lantas aku berlari ke kamarku membaringkan diriku dengan penuh kesedihan dan kebencian di atas serambiku. Aku lantas mengambil ponsel dari saku dan menelponmu dengan segera, untuk menemuimu disini dan menyapaikan ini kepadamu.

Setelah mendengar apa yang Intan sampaikan, mulutku terkatup seperti terjahit benang—tanpa suara, aku hanya memandang selamat-lamat mungkin ke araha wajah Intan yang penuh keheningan dan kesedihan.

‘aku tidak ingin berpisah darimu Adi, tidak bisah. Jauh darimu akan membunuhku di perantaun. Sungguh aku tak ingin jauh dan berlalu sedikitpun darimu’Intan melanjutkan bicaranya.

Setelah ucapan itu, aku semakin bingung dan tak tahu apa yang harus ku perbuat, aku hanya bisa memeluk Intan seerat-eratnya dan tak ingin melepaskan pelukanku dari kekasihku ini sembari berucap dalam hati: ‘Oh tuhan, cobaan apa yang kau berikan dalam hubunganku denganIntan’

Dalam pelukanku, Intan merasa tenang, itu yang di ucapnya. Dan perlahan kami berdua hanyut dalam keheningan gubuk mungil ini. Lalu kami berdua membaringkan tubuh di atas serambi lapuk itu.

‘tenanglah sayang aku tak akan jauh darimu, tapi kita harus berpikir tentang masa depan kita berduaIntan. Kau lihat sayang, aku hanyalah lelaki biasa yang tak memiliki pekerjaan, apa yang akan kau makan nantinya bila kita membina rumah tangga?’bisikku kepada intan

Mendengar bisikanku, Intan lalu bangun dari serambi dan menatapku seraya berkata ‘tidak Adi, aku tidak ingin berpisah denganu, dan itu tak mungkin, aku tak sanggup’.

Aku berdiri mengikutinya dan memeluknya. 

‘Tenanglah sayang, aku tidak akan pergi meninggalkanmu’ Dengan tenang, aku meyakini Intan (dan kami berdua kembali larut dalam perasaan cinta).

Kemudian aku menarik Intan ke serambi, lantas melepaskan rasa cinta yang telah menguasai kami berdua. Aku memeluknya dalam keadaan berbaring diatas serambi. Perlahan mendekatkan wajahku pada Inta dan mengecupkan bibir Intan, sesaat kami berdua terangsang dengan suasana yang penuh campur aduk antara cinta, kasih, sayang, rindu dan sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun