Mohon tunggu...
Tamtam 12
Tamtam 12 Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

hobi saya baru baru ini adalah menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Zoom Fatigue Kelelahan Mata dan Konsentrasi dalam Lingkungan Virtual

6 November 2024   18:56 Diperbarui: 6 November 2024   18:57 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Covid-19 kemarin menjadi hal paling mengerikan bagi dunia kesehatan abad ini. Ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (who) bahwa covid-19 menjadi wabah paling berdampak pada seluruh aspek kehidupan abad ini. 

Pemutusan rantai penyebaran virus dilakukan pemerintah dengan berbagai macam upaya kala itu. Semua sektor kehidupan di berhentikan secara serempak, perdagangan, pariwisata sampai pendidikan pun dibatasi oleh pemerintah. Pemerintah memberi alternatif lain, agar beberapa sektor kehidupan tetap berjalan, terutama pendidikan. 

Sistem daring atau dapat disebut dengan e-learning yang diterapkan kala itu untuk seluruh jenjang pendidikan. Sistem belajar e-learning ini bertujuan agar proses belajar mengajar tetap berlanjut, dimana setiap siswa maupun mahasiswa diwajibkan menggunakan perangkat seluler yang mendukung untuk pembelajaran dengan sistem daring. 

Zoom meeting, google meet, whatsapp grup, microsoft teams menjadi platform yang sudah akrab digunakan berkomunikasi dan berkolaborasi. Namun dibalik fleksibilitas yang ditawarkan, kemudahan berinteraksi baik formal maupun non formal yang belum pernah terjadi sebelumnya, munculah fenomena yang dikenal sebagai "zoom fatigue", yaitu kelelahan akibat terlalu sering atau terlalu lama dengan rapat virtual. (arnidhya.NZ , 2021)

Kebiasaan dahulu yang telah terjadi selama lebih dari setahun, membuat manusia ketagihan dengan efisien yang ditawarkan teknologi alternatif di massa covid-19. Kegiatan rapat virtual masih banyak digunakan hingga masa kini. Teknologi komunikasi daring di tawarkan di berbagai platform tersebut mampu menembus jarak dan perbedaan waktu di berbagai dunia.

 Sudah hampir empat tahun lamanya budaya rapat virtual digunakan hingga kini. Lambat laun yang tadinya ingin membuat efisien waktu dan meminimalisir jarak, malah menjadi bumerang bagi pengguna nya. Kejenuhan mulai melanda, rasa bosan dan stress yang dialami kian mempengaruhi kinerja manusia.

Bukan hanya lelah dengan menatap layar selama satu jam dua jam, fenomena ini juga disebabkan oleh video conference. Mengacu pada stress, rasa bosan yang sangat dahsyat, dan kelelahan mental yang sering dialami pengguna platform rapat virtual. 

Interaksi virtual dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan mengurangi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi. Kehadiran nyata seperti dalam rapat tradisional menawarkan nuansa sosial dan interaksi secara langsung, lebih tepatnya interaksi non verbal yang tidak dapat terjadi di layar laptop ataupun ponsel.

Zoom fatigue juga mempengaruhi dinamika dalam kerja tim dan organisasi. Rapat yang dilakukan semakin sering, dengan gaya virtual yang sudah dianggap membosankan menciptakan siklus dimana peserta merasa tertekan, terjebak dalam rutinitas digital yang melelahkan. Kurang nya batasan waktu, otak yang diharuskan untuk multitasking, dan tekanan yang mengharuskan untuk selalu dalam keadaan siap di depan kamera juga mempengaruhi situasi.

Zoom fatigue adalah kondisi kelelahan fisik maupun mental, diakibatkan oleh seringnya video conference. Dapat juga diartikan yang disebabkan oleh komputer bisa disebut computer mediated communication (CMC). 

Kelelahan akibat komputer atau akibat terlalu lama screen time ini dapat dikategorikan zoom fatigue apabila seseorang memiliki kegiatan dengan menggunakan platform video conference setidak nya sekali dalam sehari dalam waktu yang lama. Istilah zoom fatigue ini diambil dari platform konferensi video zoom merupakan platform yang paling banyak digunakan kala itu.

Hasil sudy menunjukan bahwa perempuan lebih rentan mengalami zoom fatigue, dengan angka 13,8% lebih besar ketimbang laki laki. Bisa jadi disebabkan oleh faktor psikologis seperti mirror anxiety dan kesadaran emosi yang jauh lebih tinggi dalam beraktivitas menggunakan video conference.

Diukur menggunakan zoom exhaustion and fatigue (ZEF) scale, mengidentifikasi dimensi dimensi utama yang mempengaruhi kelelahan ini. General fatigue, emotional exhaustion, cognitive load, duration and frequency of meetings, and social interaction dynamics.

PEMBAHASAN 

1. PENYEBAB

 

Interaksi sosial yang intensif, dapat menjadi faktor utama zoom fatigue. Manusia cenderung mengamati ekspresi orang lain lebih sering dibandingkan saat berkomunikasi langsung. Ini memunculkan tekanan terhadap diri untuk tetap tampil baik dan menunjukan perhatian yang terus menerus. Akan banyak komunikasi non-verbal jika melakukan rapat dengan tatap muka. 

Gerakan spontan tubuh, gerakan yang tidak disadari seperti intonasi suara, kontak mata dan gestur tubuh. Elemen elemen ini sering kali bias atau menghilang. Tidak adanya kontak fisik langsung menjadi alasan ketidakmampuan untuk membaca bahasa tubuh dan nuansa ruang sosial yang dapat memicu frustasi dan kebingungan. 

Ini akan sangat berdampak pada perasaan lelah. Jenuh dan bosan saat melakukan rapat virtual, membuat peserta rapat banyak yang tergoda untuk melakukan multitasking. Seperti membuka pesan, pembuka platform sosial, atau menyelesaikan tugas lainnya. Rasanya hal seperti itu disangka produktif, namun multitasking tersebut dapat mengurangi fokus dan kontribusi, sehingga dengan cepat timbullah rasa lelah setelah rapat. Ini menunjukkan multitasking sangat mengganggu kemampuan otak dalam berkonsentrasi, yang mana akan mengakibatkan menurunnya produktivitas.

Banyak individu yang memiliki jadwal yang padat, mengharuskan mereka menatap layar secara berturut turut tanpa jeda dan mengurangi jatah istirahat mereka. Ini dapat memicu tekanan tambahan, membuat peserta akan merasa terjebak dalam lingkaran rutinitas yang melelahkan.

DAMPAK

Banyak individu berkonsultasi, dengan berbagai laporan perasaan, mulai dari stress, kecemasan, bahkan depresi dampak dari komunikasi virtual dengan frekuensi yang sering. Ketidaksanggupan untuk berinteraksi atau kurangnya interaksi secara langsung bisa mengurangi koneksi sosial, nantinya akan menimbulkan perasaan kesepian yang berpengaruh terhadap kesehatan mental peserta.

Ketika tubuh merasa lelah, fokus seseorang pun akan menurun. Kualitas kerja yang dihasilkan akan terpengaruhi. Kelelahan juga akan mengurangi semangat dan motivasi kerja juga ide ide kreatif untuk berpartisipasi dalam diskusi kerja dan berkontribusi dengan ide ide lain.

KESIMPULAN

Maka terbitlah kesimpulan dari uraian di atas, zoom fatigue menjadi fenomena yang sering ditemukan di masyarakat terutama mahasiswa sejak terjadinya Covid-19. Lewat peralihan metode belajar mengajar kepada metode daring, menimbulkan rasa jenuh dan lelah. Bukan hanya ditimbulkan dengan penggunaan platform dan media digital, namun dapat ditimbulkan pula oleh hambatan hambatan sosial yang terjadi selama pembelajaran daring.

Terganggunya fungsi sosial dikarenakan minimnya interaksi secara langsung, hal ini menyebabkan kurang kurangnya rasa aman dan rasa semangat dalam belajar. Hal ini menjadi faktor utama timbul nya stress di kalangan mahasiswa terutama.

SARAN

Mengevaluasi pembelajaran daring untuk meminimalisir terjadinya zoom fatigue, bisa saja pembelajaran dibuat lebih atraktif dan menyenangkan. Memanfaatkan satu satu nya interaksi sosial yang dapat dilakukan yaitu komunikasi dua arah. Interaksi sosial perlu dilibatkan agar meningkatkan keberfungsian sosial mahasiswa tetap terjaga, dan meminimalisir zoom fatigue.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun