Hasil sudy menunjukan bahwa perempuan lebih rentan mengalami zoom fatigue, dengan angka 13,8% lebih besar ketimbang laki laki. Bisa jadi disebabkan oleh faktor psikologis seperti mirror anxiety dan kesadaran emosi yang jauh lebih tinggi dalam beraktivitas menggunakan video conference.
Diukur menggunakan zoom exhaustion and fatigue (ZEF) scale, mengidentifikasi dimensi dimensi utama yang mempengaruhi kelelahan ini. General fatigue, emotional exhaustion, cognitive load, duration and frequency of meetings, and social interaction dynamics.
PEMBAHASANÂ
1. PENYEBAB
Â
Interaksi sosial yang intensif, dapat menjadi faktor utama zoom fatigue. Manusia cenderung mengamati ekspresi orang lain lebih sering dibandingkan saat berkomunikasi langsung. Ini memunculkan tekanan terhadap diri untuk tetap tampil baik dan menunjukan perhatian yang terus menerus. Akan banyak komunikasi non-verbal jika melakukan rapat dengan tatap muka.Â
Gerakan spontan tubuh, gerakan yang tidak disadari seperti intonasi suara, kontak mata dan gestur tubuh. Elemen elemen ini sering kali bias atau menghilang. Tidak adanya kontak fisik langsung menjadi alasan ketidakmampuan untuk membaca bahasa tubuh dan nuansa ruang sosial yang dapat memicu frustasi dan kebingungan.Â
Ini akan sangat berdampak pada perasaan lelah. Jenuh dan bosan saat melakukan rapat virtual, membuat peserta rapat banyak yang tergoda untuk melakukan multitasking. Seperti membuka pesan, pembuka platform sosial, atau menyelesaikan tugas lainnya. Rasanya hal seperti itu disangka produktif, namun multitasking tersebut dapat mengurangi fokus dan kontribusi, sehingga dengan cepat timbullah rasa lelah setelah rapat. Ini menunjukkan multitasking sangat mengganggu kemampuan otak dalam berkonsentrasi, yang mana akan mengakibatkan menurunnya produktivitas.
Banyak individu yang memiliki jadwal yang padat, mengharuskan mereka menatap layar secara berturut turut tanpa jeda dan mengurangi jatah istirahat mereka. Ini dapat memicu tekanan tambahan, membuat peserta akan merasa terjebak dalam lingkaran rutinitas yang melelahkan.
DAMPAK
Banyak individu berkonsultasi, dengan berbagai laporan perasaan, mulai dari stress, kecemasan, bahkan depresi dampak dari komunikasi virtual dengan frekuensi yang sering. Ketidaksanggupan untuk berinteraksi atau kurangnya interaksi secara langsung bisa mengurangi koneksi sosial, nantinya akan menimbulkan perasaan kesepian yang berpengaruh terhadap kesehatan mental peserta.