"Mau lihat nomor 3 dong Sin, gua nggak ngerti!"Â
"Sini gua ajarin ya,"Â
"Yah lihat aja langsung, keburu ada Bu Evelyn."Â
"Gampang kok,"Â
Mereka berdua asyik mengerjakan PR dan tanpa aba-aba, Bu Evelyn masuk. Semua siswa 9B berhamburan ke meja masing-masing.Â
"Hayo! Kalian saling contek ya?" tanya Bu Evelyn melihat gerak-gerik muridnya. Mereka pun menjawab 'tidak' dengan serempak.Â
"Sintia, ada yang menyontek pekerjaanmu?"
"Tidak Bu," ujarnya.
Bu Evelyn meminta Sintia untuk mengumpulkan pekerjaan rumah milik teman-temannya. Andera lega, Sintia tidak menyebut dirinya yang menyontek nomor 3. Abizar masuk kelas tanpa salam. Bu Evelyn berteriak dan meminta anak nakal itu berdiri di depan. Tampilannya yang berantakan dan seragam yang tidak pernah dimasukkan membuat guru di sekolahnya selalu menandai Abizar anak yang nakal dan tidak terurus, tetap saja wajah yang hitam dan manis, rambut ikal keritingnya membuat siapa saja terpesona.
"Mana PR kamu!" tanya Bu Evelyn tegas. Abizar tidak menjawab, ia justru membuang wajahnya ke arah Sintia. Jantung Sintia seketika mati mendadak. Tatapan dingin Abizar membuat Sintia menunduk dan takut.
"Kenapa kamu malah liatin Sintia! Jawab pertanyaan ibu!" nada Bu Evelyn semakin naik.Â