Di bulan Ramadan, apalagi pada 10 hari terakhir, banyak doa konon diijabah. Apalagi doa penuh kebaikan seperti yang dilantunkan oleh seorang Kamal yang ingin bertemu Kamil, adik semata wayang yang telah terpisah puluhan tahun lamanya.
Wak Kamal kembali melanjutkan langkahnya. Ia bermaksud mencari masjid atau musholla.Sebentar Maghrib tiba. Tak lama dia berjalan, di sebuah perempatan tampak mobil yang tadi hendak menyerempetnya terparkir. Sedikit ramai suasana di depan rumah mewah itu. Kamal sedikit ragu untuk mendekat. Namun, beberapa supir ojek melambaikan tangan seolah memberi kode agar Kamal mendekat.Â
Benar saja, pemilik rumah sedang membagi makanan dan minuman untuk berbuka. Wajah Kamal sedikit sumringah. Rejeki untuk berbuka, "Alhamdulillah", ujarnya.
Namun kaget bukan kepalang saat sosok laki-laki gagah mengulurkan sekotak makanan dan botol minuman. Tangannya nyaris meleset menerima uluran dari pemilik rumah. Mata Kamal menyergir, mengamati lekuk wajah yang masih ia ingat.
"Kamil....kamu teh Kamil kan?" Suara Kamal bergetar, air matanya nyaris tumpah ...ingin ia memeluk laki-laki yang diyakininya sebagai Kamil.
Tak kalah kaget, si pemilik nama langsung mengenali siapa yang ada di depannya,
"Itu sarung, Â masih ada kang Kamal ??" Tuding Kamil menunjuk sarung Kumal yang menjuntai di badan Kamal.
Mereka pun berpelukan, dua bersaudara akhirnya dipertemukan Tuhan saat Ramadan, berkat semangat dari sarung Kumal.
Kumandang suara adzan tanda berbuka puasa seolah menjadi back song sepenggal episode drama kehidupan. Bertemu kembalinya dua bersaudara yang berpisah karena rebutan sarung. Namun akhirnya kembali bertemu karena sarung yang telah kumal itu pulaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H