Pengembaraan pun membuat Bang Taufik singgah di masjid "Ahmadiyah Independent". Kenapa independent, karena Ahmadiyah yang dimaksud disini tidak berkolerasi dengan jejaring Ahmadiyah dunia. Meski untuk menggenapinya, penulispun menguraikan beberapa penjelasan lebih. Atau adapula masjid Syiah di Hamburg dan catatan geliat Islam  di kota pelabuhan di bagian Utara Jerman pun menghiasai catatan pengembaraannya.
Beberapa Masjid di Kawasan Republik Rusia menghiasai pengembaraan selanjutnya. Mulai dari Kremlin Kazan, St. Peterburh dengan Sobornaya Meschetnya hingga kota Tua Tbilisi. Banyak Khasanah sosial budaya dikupas didalamnya.
Benua Eropa kaya akan desin arsitektur bangunanya. Foto-foto eksklusif berwarna kian menambah pesona jalinan cerita pengembaraan. Sesampainya di Zentralmoschee Koln bahkan disebutkan terdapat tempat wudhu yang mirip toilet. Hingga ke Hungaria yang terletak di Eropa Timurpun lagi-lagi tak sekedar tentang masjid, ada pula secuil cerita tentang Bapak MAwar dan Bukit MAwar yang dikisahkan dengan sedemikian indah.Â
Ah..membaca buku ini imajinasi keindahan yang tak pudar terus terpendar. Siapa yang tidak kenal Athena?. Kota Pelabuhan yang disebut oleh Doel Sumbang dalam lagunya Kalimera. Pengembaraan kali ini penuh imajinasi suasana Yunani. Hingga sedikit menyergit tatkala membaca bahwasanya keberadaan masjid disana sudah berubah menjaadi Museum of Greek Folk Art. Seakan terlarut dalam suasana bathin yang meletup manakala membaca kisah penulis yang akhirnya shalat di sebuah gudang bawah tanah setelah mendapati beberapa bangunan masjid sudah berubah fungsi menjadi museum. Luar biasa bukan?
Paris..hohohooo siapa yang tidak ingin menikmati nuansa romantisnya Perancis?. Lain bagi Bang Taufiek Uieks, yang dicari pastilah masjid. Takjub dengan deskripsi nuansa masjid lengkap dengan foto yang nampak begitu indah. Tak cukup dengan keindahan masjid di Paris, bergeserlah beliau ke Wina. Bukan untuk menonton Opera dan konser musik klasik tentunya. Kalimat yang menggambarkan betapa indahnya suasana disana lengkap dengan masjid Al-Hidayah yang merupakan pusat persatuan Islam Austria. Gambaran shalat taraweh di di masjid Wina, memberikan kesan bahwa pengembaraan dilakukan sewaktu Ramadlan.
Dua Sub Bab terakhir dalam buku ini berkisah tentang Aya Sofia ditengah kemegahan Istambul - Turki. Nama yang sedemikian cantik : Aya Sofia. Ada apakah gerangan disana? bukan sekedar masjid di Aya Sofia. Tarikan nafas mendalam menjadi pertanda betapa luar biasanya sejengkal tanah untuk masjid di luar sana.
Pengembaraan yang luar biasa. Buku ini inspirasi keindahan wisata tak sekedar tentang masjid. Takzim pada kondisi sosial buadaya masyarakat  yang menyertai pengembaraan hingga menghasilkan karya yang pantas dibaca tidak hanya bagi mereka yang mencari masjid di pelosok dunia.
Namun sayangnya, Bang Taufik tidak menyertakan pengembaraan masjid di pelosok Indonesia yang masih tetap menjadi bagian dari pelosok dunia. Sebab saya yakin, tidak semua orang menyediakan waktu untuk sebuah pengembaraan terlebih untuk menemukan sebuah masjid. Pertanyaan sederhana dari saya silahkan dijawab, cukup dalam hati masing-masing. Dari sekian banyak umat muslim di Jakarta, sudahkah semua pernah ke masjid Istiqlal? melihat kemegahan masjid tidak sebatas tempat ibadah, melainkan sebagai sebuah simbol peradaban bangsa yang memiliki sejarah sedemikian rupa hingga rekam jejak masyarakat Internasional yang singgah di dalamnya?! (renungan mendalam)
Nah...menarik bukan?bagi yang ingin merasakan pengembaraan lengkap, segera dapatkan bukunya. Bukan sebuah kebetulan juga bagi kompasianer yang berada di Jabodetabek atau bahkan di manapun berada, ada momen yang tidak boleh dilewatkan nih.
Catet dan Datang ya :
Hari/ tgl               : Selasa, 12 Januari 2016