Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyelami Perjalanan Ala Pengembara Spiritual yang Multidimensional

11 Januari 2016   02:18 Diperbarui: 11 Januari 2016   02:52 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam menuliskan kisah pengembaraannya, judul dalam sub bab terkesan cukup provokatif. Sebut saja Nabi-nabi kecil dari Zanzibar. Kisah bertemunya penulis dengan anak-anak di Masjid Noor Muhammad. Siapakah yang dimaksud dengan nabi-nabi kecil itu?. Sebagai sebuah kesatuan yang utuh, penulis juga menyertakan sejarah singkat berdirinya masjid-masjid tersebut. Bahkan selayang pandang tentang beberapa objek wisata di Kairo misalnya, juga ikut menghiasi halaman cerita saat beliau singgah di salah satu masjid di Kairo.

Tidak semua berkisah tentang masjid. Itu yang bisa saya rasakan dan nikmati dalam buku ini. Ketika berada di Casa Blanca - Maroko dan Kigali misalnya. Deskripsi keindahan bentang alam  di tepi laut atlantik membuat mata ini menelusur tiap kata yang tersaji beserta gambar yang menambah betapa takjub ketika bisa benar-benar berada disana. Sementara di Kigali penulis menghadirkan suasana Islamic Centre hingga kisah pembantaian yang menjadi perantara berkembangnya Islam disana.

Beranjak ke benua berikutnya yang terkenal dengan Negeri Paman Sam, tak kalah seru penulis mengisahkan rekam jejaknya menelusuri keberadaan masjid-masjid di negara yang minoritas Islam. Amerika Selatan tepatnya di Buenos Aires, New York,  Chicago dan Panama City disanalah dia mencari masjid yang wajib dia kunjungi. Pernak-pernik lain dalam  pencarian masjid di Amerika  berisi tentang jarak tempuh, moda transportasi umum yang digunakan dan penggalan kosa kata dalam beberapa bahasa percakapan yang digunakan. Meski di Amerika tak semua menggunakan bahasa Inggris. Beberapa kosakata dalam bahasa Spanyol pun menjadi sarana belajar bagi pembaca

Tak kalah menarik, Paparan tentang masjid-masjid di Asia sungguh menarik jiwa untuk tetap mengembara meski lewat uraian kata-kata. Sajian kisah masjid-masjid di Asia ini mendominasi sebagian buku. Sebanyak 25 cerita tentang masjid dimulai dari Masjid berkolam renang di Ho Chin Mihn- Vietnam, berlanjut ke Hongkong dengan 5 masjid megahnya. Penelusuran masjid-masjid di wilayah RRC ini menghadirkan banyak variasi cerita.  Sepenggal kisah tentang seorang TKI/TKW di Hongkong misalnya. Atau Pesantren ala Hongkong,  hingga kisah teknologi di sebuah masjid dengan eskalator terpanjangnya.

Lagi-lagi detail informasi tentang navigasi letak menuju jalan-jalan tertentu dengan menggunakan moda transportasi umum menjadi bertambahnya manfaat dalam membaca buku ini. Apalagi untuk wilayah Asia yang cukup bisa dijangkau oleh sebagian kalangan traveller. Penulis juga meyakinkan pembaca bahawasanya muslim cina khususnya di Xiamen cukup ramah. Bagi penggemar wisata sejarah, hadir pula catatan tentang  kota Zaitun dan Kisah Sejarah Kekaisaran China yang mensupport perkembangan Islam dengan peninggalan sejarahnya berupa masjid dan bangunan bersejarah lain.

Tak lengkap rasanya mengembara ke seantero dunia tanpa ada catatan tentang kulinernya. Lima lembar halaman mengupas tentang kuliner halal yang bisa dijumpai di Cina yang konon unik dan menggugah selera menurut penulis. Siapa yang menyangka Surga makanan justru tak jauh dari lokasi masjid Niujie di Beijing.

Dan lagi-lagi tidak hanya sekedar masjid sebagai tempat Ibadah, ada pula masjid Romantis di Shanghai yang dalam terjemahan bahasa Indonesia namanya berarti Kebun buah persik kecil. Disebut pula oleh penulis bahwa disana terdapat masjid khusus perempuan. Bagi para Pria pasti penasaran dengan masjid ini bukan?

Pengembaraan pun berlanjut hingga ke kota Casino, Makau yang memberi ruang untuk berdirinya sebuah masjid. Ada pula cerita tentang masjid Huang Cheng, Masjid Dong Si. Masjid-masjid tersebut diceritakan oleh penulis dalam detail arsitektur yang konon beratap kelenteng. Terbayang keunikan bangunan masjid disana bukan?

Jika di halaman pembuka bab Asia terdapat masjid di Vietman, agagnya setelah menempuh perjalanan ke RRC dan sekitarnya , penulis kembali membuka memori  tentang sebuah masjid di Hanoi Ibukota Vietnam. Kisah tentang buka puasa di Masjid Annur - Hanoi pun kembali menggenapkan catatan tersendiri tentang makna perjalanan dan Ibadah. Seperti halnya rangkaian kata yang menggambarkan suasana masjid diatas bukit di Seoul.

Beranjak ke kawasan Melayu, Gambaran masjid-masjid semakin mempersona adanya. Terlebih lagi ketika masuk negara monarkhi melayu Islam yakni Brunei Darussalam. Lagi-lagi decak kagum pada bangunan ibadah itu muncul. Demikian juga dengan sajian cerita masjid di Belanguru. Agak lama saya memastikan letak kota ini. Ketika akhirnya penulis menutup dengan kalimat yang memastikan Inilah Belanguru. Inilah India. Nikmati saja. 

Menikmati tulisan selanjutnya tentang pengembaraan Bang Taufiek Uiek sampailah ia di Phnom Pehn- Kamboja. Lagi-lagi ilustrasi luar biasa disajikan lewat kata dan gambar yang ada. Berlanjut ke Kota seribu Pagoda, dimana pilihannya tertuju pada masjid tertua di kota Bangkok yang dilengkapi dengan sedikit jejak street food  ala Thailand di seputaran masjid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun