Puisi tentang seseorang yang merupakan karya besar Eyang Buyut Rangga, Sesepuh Dayat.
Ku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
Ku lari ke pantai, kemudian teriakku
Sepi-sepi dan sendiri
Aku benci
Aku ingin bingar,
Aku mau di pasar
Bosan Aku dengan penat,
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika Ku sendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai,
biar mengaduh sampai gaduh,
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih,
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan lalu belok ke pantai
Â
Aliyah terus saja berlari, tak peduli kemana tujuannya
ke hutankah?, kepasarkah? atau ke pantai?
Dia hanya berjanji bahwa persahabatannya dengan kelima perempuan di kampung Permata hati tak akan pudar oleh cobaan demi cobaan yang berasal dari keanehan tabiat ataupun perbedaan kebiasaan masing-masing.Â
Â
keesokan harinya
Kampung Permata Hati dihebohkan dengan bunyi pengeras suara yang berasal dari lapangan sepak bola. Sebagian warga berkumpul mengerumuni panggung kecil yang terbuat dari balok yang bertumpuk. Tanpa karpet merah, tanpa dekorasi yang meriah pak kepala Kampung mengumumkan hal yang oleh sebagian warga ditunggu-tunggu. Dalam rangka napak tilas Jejak leluhur yang merupakan pujangga perangkai kata, sebulan lalu telah dilangsungkan pertandingan atau lomba menyusun kata-kata penuh makna.