Mohon tunggu...
Tamariah Zahirah
Tamariah Zahirah Mohon Tunggu... Penulis - Guru di SMPN 3 Tambun Utara

Menulis salah satu cara menyalurkan hobi terutama dalam genre puisi dan cerpen. Motto : Teruslah menulis sampai kamu benar-benar paham apa yang kamu tulis!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kado Terakhir Pemberian Ibu

27 April 2023   21:33 Diperbarui: 27 April 2023   21:39 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Muka ibu pucat sekali. Ayo bu bersandar, Alika bantu." Alika sibuk membenarkan posisi duduk ibunya, agar terasa lebih nyaman. 

"Alika, ambilkan ibu air, Nak! Ibu haus sekali." Alika bergegas menuju dapur. 

Setelah Ibu Julaeha merasa lega, barulah ia berbicara kepada Alika. 

"Alika, anak ibu yang solehah. Mukenanya sudah selesai, moga kamu suka. Ibu jahit dari tangan sendiri, kamu harus pakai untuk salat," pinta Ibu Julaeha lirih. Sesekali ia menarik napas menahan rasa sakit. 

Siang malam Ibu Julaeha begadang demi mencipta pelangi di lengkung bibir Alika yang mungil. Alika ingin sekali dibuatkan mukena baru motif mawar biru sebagai kado ulang tahunnya yang jatuh pada bulan Desember tahun lalu. Padahal Alika sudah mengingatkan ibu untuk tidak memaksakan diri melanjutkannya jahitan jika tidak sanggup. Karena ia tahu kondisi ibunya tidak sebaik dulu saat sehat. 

"Bu, maafkan Alika, ya. Sudah membuat ibu repot. Alika menyesal," keluh Alika dengan raut muka sedih sambil memijat kaki Bu Julaeha yang sejak tadi diluruskan. 

"Tidak apa-apa, Alika. Ibu senang melakukan ini. Lagi pula mukena yang sering kamu pakai salat sudah lusuh sekali. Mumpung ibu masih bisa membuatnya. Insyaa Allah  Ramadan tahun ini sudah bisa kamu pakai untuk salat tarawih," terang Bu Julaeha. 

Semenjak Pak Faisal meninggal 3 tahun lalu, kehidupan Bu Julaeha dan Alika berubah drastis. Tidak ada lagi yang menafkahi keduanya. Bu Julaeha tak ingin meminta belas kasihan orang lain. Ia berusaha bekerja walau kondisinya sering sakit-sakitan. Meski ada beberapa tetangga yang begitu peduli pada mereka, sesekali memberi bantuan.

Bu Julaeha kadang menjadi kuli cuci meski gajinya tidak sesuai harapan, yang penting bisa menyambung hidup. Bahkan Alika gadis remaja yang harusnya menikmati masa-masa indah bersama teman-temannya harus rela berjualan kue di pasar. Alika lebih memilih memilih tidak melanjutkan sekolah.  

Malam itu menjadi malam terakhir Alika  melihat wajah ibunya, siapa yang mengira ajal datang tiba-tiba, apalagi melihat kondisi Ibu Julaeha sudah lebih baikan menurut Alika malam itu. Tapi ternyata kondisinya makin parah. Ibu Julaeha mengalami masuk angin duduk hingga lari ke area jantung. Alika berusaha meminta bantuan ke tetangga, namun nyawa ibunya tak dapat diselamatkan. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun