Mohon tunggu...
Tamara Fitri
Tamara Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Kritis dalam Menghadapi Tantangan di Era Pandemi Covid-19

22 Desember 2022   14:24 Diperbarui: 22 Desember 2022   14:45 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Tamara Fitri Cahyani (Mahasiswi Pendidikan Sosiologi, FIS, UNJ)

Pada awal bulan Maret 2020 seluruh dunia termasuk Indonesia telah digemparkan oleh virus yang membahayakan bagi semua orang yaitu virus covid 19. Semakin hari, maraknya korban yg bertambah. Walaupun himbauan dan kebijakan dari pemerintah sudah   diterapkan, tetapi pasien positif semakin berjatuhan dan banyak setiap hari. Keadaan di  luar kendali  manusia ini cukup memberi perubahan  besar  di  berbagai bidang, salah satunya yaitu pendidikan. Pendidikan mendapat dampak yg besar akibat  pandemi covid ini.

Karena perubahan dan perbaruan  kebijakan  yang  dibuat,  peserta didik   tidak  dapat  lagi   belajar di sekolah, akan tetapi hanya belajar di rumah   dengan   menggunakan sistem   pembelajaran daring jarak jauh. Hal ini seperti keputusan yang diedarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 04 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).

Sistem pembelajaran yang di laksanakan melalui teknologi atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Siswa dapat melakukan pembelajaran di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp, telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya. Guru atau dosen bukan satu-satunya pengajar yang menjadi tonggak penentu. Ini merupaka tantangan berat bagi semua pendidik yaitu guru, dosen, maupun orangtua sekalipun. Ada banyak orangtua mengeluhkan media pembelajaran jarak jauh secara daring (internet) ini. 

Terlebih bagi orangtua yang work from home atau harus bekerja di rumah, dan harus tetap mendampingi anak-anaknya, apalagi jika sang anak masih berada di usia dini. Mengingat belum meratanya orang yg bisa teknologi dalam pemanfaataan media belajar, seperti laptop, gadget, dan lainnya

Walau begitu, sistem pembelajaran terpaksa tidak lagi melalui tatap muka. Namun,   hal   tersebut   tidak   searah   dengan gaya pembelajaran dalam pendidikan    kritis    yang harus menekankan    untuk  melakukan jalinan interaksi  dan  komunikasi  dua  arah secara  langsung. 

Hal ini disebabkan dalam  pendidikan kritis  hubungan  pendidik  atau guru dan  peserta  didik atau murid terjadi secara  dialogis. Pendidik dapat memberi masukan dan arahan  yang   baik   dalam menyikapi persoalan segala sesuatu. Oleh karena itu, pendidikan  kritis difokuskan untuk  mampu  membangun daya  pola pikir  kritis,  sehingga  dapat  menghadapi tantangan-tantangan  hidup masa datang  yang akan dihadapi termasuk covid 19 saat ini.

Pendidikan    kritis   merupakan perspektif    berpikir yang bertujuan untuk    membangun kesadaran publik dalam ruang pendidikan     dengan melakukan perlawanan atas kekuatan ekonomi, politik, relasi sosial yang timpang. Pendidikan kritis dikhususkan untuk memihak   kepada   kelompok   yang termarjinalkan.  Secara  lebih  spesifik,  pendidikan  kritis  dapat dijadikan  sebagai dasar dalam   berpikir   dan   bertindak   para   peserta   didik  dalam   melihat   dunia berdasarkan kesadaran kritisnya sendiri. Menurut Freire pendidikan kritis memberikan    kontribusi    lebih    khusus    dalam    praktik    pendidikan,    yaitu membangun relasi dialogis.

Hubungan   pendidik   dan   peserta   didik   harus terbangun langsung secara   dialogis. Dialog    yang    terbangun    ini    kemudian  bertujuan    dengan    mempraktikkan pendidikan  'ko-eksistensi',  yaitu  pendidik  dan  peserta  didik  sama-sama bertindak terhadap kenyataan. Pendidik menjadi fasilitator untuk menghubungkan  aktifitas  kesehariannya  dan  pengalaman  hidupnya  dengan literatur  kritis  yang  dipelajari  di  kelas. 

Membentuk  pengalaman  sehari hari dapat   memupuk   dan   menciptakan   kesadaran   kritis   sesuai   dengan pengetahuan  yang  dibangun  di  ruang  kelas.  Dengan  berdialog  antara pengetahuan  dengan  realitas,  maka  dapat tercipta  pengetahuan  baru  yang merefleksikan   kembali   cita-cita   revolusioner.   Pendidikan   kritis dapat diartikan sebuah    proses    dialektis    dan    mendukung    proses    dialog    yang    saling mempengaruhi antara pendidik dan peserta didik.

Proses  pembelajaran dalam  membentuk  peserta  didik  berpikir,  akan lebih diarahkan   kepada   terciptanya   dialog,   pemecahan   masalah,   pemerdekaan, desosialisasi   dan   kesadaran   kritis. Strategi  pembelajaran  dilakukan  oleh  seorang  pendidik  sebagai  bentuk penyiasatan   terhadap   situasidan   kondisi   lingkungan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Sebagaimana tujuan pendidikan kritis bahwa peserta  didik  diharapkan  mampu  menjadi  pemikir  kritis,  inspirator,  pekerja terampil  dan  warga  negara  yang  aktif, maka  strategi  pembelajaran  kritis dirancang  dan  diarahkan  dalam hal ini dapat  menjadikan  peserta  didik  mampu merefleksikan  pengalaman  dan  masalah mereka  sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun