Mohon tunggu...
Tamam irawan
Tamam irawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Teman Menulis

Memulai Perubahan Besar Dari Hal Yang Paling Sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sayang Sekali, karena Akulah Tokoh Utamanya

24 Juli 2024   10:23 Diperbarui: 24 Juli 2024   10:40 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik awan sundae putih, ada sebuah bukit kecil hijau yang dihuni 3 orang kakak beradik. Mereka hidup bersama dalam satu pondok sederhana yang mereka bangun sendiri. Untuk makanan sehari-hari, mereka akan bergantian turun bukit untuk membeli keperluan di desa.

Desa Riak, adalah sebuah desa kecil di sebelah bukit yang dipimpin seorang kepala desa. Bapak Doif -begitulah biasa dia dipanggil- adalah seorang duda yang memiliki anak jelita bernama Kerei. Kerei begitu dikagumi oleh para remaja desa sebagai kembang desa. Bagaimana tidak, semua kecantikan wanita zaman sekarang dimilikinya, terlebih lagi mulut mungilnya itu, sungguh menawan hati.

Tidak terkecuali kakak beradik penghuni bukit. Maka jika sampai giliran mereka untuk pergi ke desa dan membeli makanan pokok, mereka akan mengenakan pakaian terbaik mereka dan menghentakkan kaki kuat-kuat; berharap jika sang gadis lewat dan memperhatikan mereka. Kerei, memang impian semua laki-laki di desa.

Suatu hari, tibalah hari di mana semua itu, tidak menjadi impian lagi. Kerei, sang gadis jelita, telah tiba di usia matang untuk menikah. Doif Si Kepala Desa mengadakan sayembara; barang siapa yang dapat mengalahkan naga, akan dinikahkan dengan putrinya.

Semua laki-laki desa yang cukup usia seperti kebakaran jenggot. Mana mungkin mereka mau melewatkan mimpi yang jadi kenyataan. Tapi, di samping itu ada juga mimpi buruk yang menyertai.

Malam itu, tidak ada dari mereka yang dapat tidur tenang. Mereka semua berfikir keras apakah mereka benar-benar dapat mengalahkan naga.

Di balik bukit pun demikian. Dinding pondok menjadi saksi rapat 3 kakak beradik nan hening itu, tidak ada yang memulai pembicaraan. Si Tertua, berfikir optimis mereka dapat mengalahkan naga itu. Ia berdiri lalu meraih tombaknya yang berat. Tombak ia ayunkan cepat saja seperti sebilah ranting, dia memang ahli tombak hebat.

Si Bungsu yang paling akurat tembakannya. Ia mengangkat busurnya yang panjang. Ia menarik busur ke belakang di dalam busur. Hening sejenak lalu, wush! Panah keluar jendela menembus malam. Walaupun samar, terdengar setelahnya suara karung gandum terkena panahnya. Itu cukup untuk membuktikan dia siap melawan sang naga.

Sekarang tinggal Si Tengah dengan penanya. Dua saudara telah menatapnya khawatir sedari tadi. Dengan nada mantap, si Tengah berdiri cepat membuat kursi yang ia duduki terjatuh. Ia berkata: "Aku tidak ikut perburuan naga ini!" Keputusan telah diambil, besok ketika matahari terbit mereka akan berangkat.

...

Api di mana mana, asap tebal membubung tinggi diangkasa, suara denting pedang dan berbagai teriakan menggambarkan gelombang perjuangan. 7 orang pemuda melawan 1 naga, sungguh pertunjukan puncak bentuk cinta. Bahu-membahu demi dapat menikahi anak gadis kepala desa. Siluet mereka tampak gagah membelakangi cahaya kobaran api di depan sana.

Walaupun demikian, mereka tampak sudah kelelahan. Sang Naga mengungguli mereka dari berbagai segi. Apakah ini akhir perjuangan mereka? Tapi tak mengapa, karna mereka tahu, mereka mati dalam meraih apa yang mereka impikan.

Dua kakak-beradik pun demikian, disaat-saat genting inilah mereka menghawatirkan Si Tengah. Jika mereka berdua gugur di sini, apakah dia dapat hidup bahagia sendiri? Pertanyaan itu yang sedari tadi membebani mereka.

Sang Naga mengangkat tinggi-tinggi cakarnya, ini serangan penghabisan. 7 pahlawan kita berdiri bersiap menghadapi takdir. Raungan membuka, ayunan cakar cepat menerjang, dan dalam hitungan detik, raungan Sang Naga menutup acara puncaknya. Selesai sudah perjuangan mereka.

...

Kepala desa, Kerei, dan seluruh penduduk, menunggu resah di perbatasan. Menunggu kepulangan pahlawan kita, atau mendapati bahwa mereka sudah gugur disana. Matahari mulai terbenam. Sayang sekali, mereka benar-benar menunggu kesia-siaan. Berbagai isak tangis mulai merebak. Tak terkecuali Kerei, matanya tak dapat membendung air mata walaupun tanpa suara.

Jumlah penduduk tinggal segelintir. Yang lain sudah pulang dan tak akan pernah menceritakan hal ini kepada anak cucunya nanti. Kerei masih setia menunggu seakan mengantar kepergian matahari di ufuk barat sana.

Kerei, merasakan bahwa mereka masih hidup dan kesatria yang membunuh Sang Naga akan segera meminangnya. Benar saja, matahari sudah pergi meninggalkan mereka, di saat itulah Kerei melihat 7 kesatria, bukan 8 siluet kesatria mendekat ke arahnya. Ya... mereka semua sudah memenangkan pertempuran.

Sekarang, siapakah yang membunuh naga di antara 8 kesatria ini? Ternyata dia adalah kesatria ke-8 kelompok ini. Kesatria yang terlambat memutuskan untuk mengikuti perburuan. Ya... dia adalah Si Tengah, penulis biasa desa.

Jangan ditanya bagaimana ia mengalahkan naga tersebut. Pasti ia akan berkata bahwa sang naga dapat dikalahkan hanya dengan menggunakan sebilah pena. Dan anehnya semua kesatria yang hadir pun mengiyakan cerita tersebut.

Dan sesuai perjanjian, diadakanlan pernikahan Si Tengah dengan Kerei, semua berlangsung lancar. Kedua saudaranya bahkan ikut bernyanyi di panggung yang disediakan. Dan Kerei pun ikut bahagia dengan pernikahan ini. Pernikahan berakhir ketika matahari kembali terbenam kemudian.

Kerei dan Si Tengah sekarang sudah berada di kamar pengantin. Semua sudah di siapkan, tapi keduanya masih menatap bulan sedang berbincang dengan laut jauh di sana. Belum ada percakapan diantara mereka.

Kerei, yang sebenarnya masih khawatir, siapa kah Si Tengah hingga penulis ini dapat mengalahkan naga hanya dengan sebilah pena, ia belum jauh mengenalnya. Ia dilanda penarasan hebat. Selagi bulan tertawa dibercandai laut.

"Kamu pasti bertanya-tanya bagaimana aku dan penaku mengalahkan naga. Aku bisa melihat dari raut wajahmu"

Kerei terkejut Si Tengah seakan dapat membaca pikirannya. Tapi ia tidak dapat mengelak, ia memang penasaran.

"Aku juga sudah memutuskan tidak mengikuti perburuan itu. Jadi aku tinggal di rumah sementara kedua saudaraku berangkat bersama 5 kesatria lainnya."

"Tapi tiba-tiba ada yang menggerakkan tubuhku. Hati pun menambahkan bahwa kaulah yang harus mengalahkan Si Naga. Tapi bagaimana caranya? Aku tidak bisa mengayunkan pedang! Yang kutahu hanya menulis, menulis, dan menulis."

"Tapi aku tetap berangkat, pena yang biasa menemani ku masukan saku, aku merasa pena itulah yang hanya bisa kupercaya saat itu. Semua terjadi begitu cepat; aku tiba, Sang Naga mengayun kan cakar, aku maju dengan pena terhunus menangkis serangannya."

Kerei terkesiap, sorot suaminya ini tidak ada kebohongan sama sekali. Si Tengah sudah memenangkan hatinya sejak saat itu. Saat mereka berdua berdir di balkon bermandikan cahaya matahari melalui bulan.

"Saat ini..." kata Si Tengah menggantung.

"... yang aku yakini mengapa aku bisa mengalahkan naga itu, karena memang akulah tokoh utama dalam cerita ini.

Aku tidak pandai memanah seperti adikku, kelihaian kakak dalam bermain tombak bukanlah lawan senang. Tapi aku, akulah tokoh utama dalam kisah ini. Hingga sekarang aku bersamamu di balkon ini, aku rasa memang inilah skenario yang telah ditentukan-Nya"

Kerei terpesona, sekarang ia telah mengetahui alasan kuat untuk mencintai lelaki di sampingnya ini. Dan ketika mereka berdua berpelukan di penghujung malam. Bulan dan laut juga sudah akan mengakhiri perbincangan mereka.

Tiap individu di dunia ini adalah tokoh utama dalam skenario kehidupan mereka sendiri. Jangan pernah berkecil hati dengan kemampuanmu; ceritamu adalah milikmu dan dirimu adalah bintang utamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun