Mohon tunggu...
Tamam irawan
Tamam irawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Teman Menulis

Memulai Perubahan Besar Dari Hal Yang Paling Sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sayang Sekali, karena Akulah Tokoh Utamanya

24 Juli 2024   10:23 Diperbarui: 24 Juli 2024   10:40 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun demikian, mereka tampak sudah kelelahan. Sang Naga mengungguli mereka dari berbagai segi. Apakah ini akhir perjuangan mereka? Tapi tak mengapa, karna mereka tahu, mereka mati dalam meraih apa yang mereka impikan.

Dua kakak-beradik pun demikian, disaat-saat genting inilah mereka menghawatirkan Si Tengah. Jika mereka berdua gugur di sini, apakah dia dapat hidup bahagia sendiri? Pertanyaan itu yang sedari tadi membebani mereka.

Sang Naga mengangkat tinggi-tinggi cakarnya, ini serangan penghabisan. 7 pahlawan kita berdiri bersiap menghadapi takdir. Raungan membuka, ayunan cakar cepat menerjang, dan dalam hitungan detik, raungan Sang Naga menutup acara puncaknya. Selesai sudah perjuangan mereka.

...

Kepala desa, Kerei, dan seluruh penduduk, menunggu resah di perbatasan. Menunggu kepulangan pahlawan kita, atau mendapati bahwa mereka sudah gugur disana. Matahari mulai terbenam. Sayang sekali, mereka benar-benar menunggu kesia-siaan. Berbagai isak tangis mulai merebak. Tak terkecuali Kerei, matanya tak dapat membendung air mata walaupun tanpa suara.

Jumlah penduduk tinggal segelintir. Yang lain sudah pulang dan tak akan pernah menceritakan hal ini kepada anak cucunya nanti. Kerei masih setia menunggu seakan mengantar kepergian matahari di ufuk barat sana.

Kerei, merasakan bahwa mereka masih hidup dan kesatria yang membunuh Sang Naga akan segera meminangnya. Benar saja, matahari sudah pergi meninggalkan mereka, di saat itulah Kerei melihat 7 kesatria, bukan 8 siluet kesatria mendekat ke arahnya. Ya... mereka semua sudah memenangkan pertempuran.

Sekarang, siapakah yang membunuh naga di antara 8 kesatria ini? Ternyata dia adalah kesatria ke-8 kelompok ini. Kesatria yang terlambat memutuskan untuk mengikuti perburuan. Ya... dia adalah Si Tengah, penulis biasa desa.

Jangan ditanya bagaimana ia mengalahkan naga tersebut. Pasti ia akan berkata bahwa sang naga dapat dikalahkan hanya dengan menggunakan sebilah pena. Dan anehnya semua kesatria yang hadir pun mengiyakan cerita tersebut.

Dan sesuai perjanjian, diadakanlan pernikahan Si Tengah dengan Kerei, semua berlangsung lancar. Kedua saudaranya bahkan ikut bernyanyi di panggung yang disediakan. Dan Kerei pun ikut bahagia dengan pernikahan ini. Pernikahan berakhir ketika matahari kembali terbenam kemudian.

Kerei dan Si Tengah sekarang sudah berada di kamar pengantin. Semua sudah di siapkan, tapi keduanya masih menatap bulan sedang berbincang dengan laut jauh di sana. Belum ada percakapan diantara mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun