Mohon tunggu...
Badrut Tamam
Badrut Tamam Mohon Tunggu... profesional -

Berusaha Mempersembahkan yang Terbaik dalam Setiap Proses...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemilau Colza di Bumi Prancis (3)

4 Februari 2016   08:22 Diperbarui: 7 Februari 2016   22:30 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Dhubai merupakan ikon UAE, gedung pencakar langitnya terlihat gagah menusuk angkasa. Kota juga terkenal dengan pusat pertemuan bisnis Asia, Timur Tengah dan Afrika tengah. Tidak heran jika kepadatan dan kesibukan terlihat. Disela-sela menunggu pesawat ke Prancis kami keliling bandara.

                Disalah satu ruang yang dikelililngi kaca, kami bisa melihat lalu lalang pesawat datang dan pergi. Begitu indah terlihat. Badannya seperti burung raksasa. Bagaimana mungkin badan pesawat bisa terbang seperti kapas melayang? Seolah tidak mungkin, tapi itu nyata.

                Pertanyaan sinis itu seperti yang pernah diutarakan orang pada awal abad ke-20. Tepatnya tahun 1903. Saat Wright bersaudara bermimpi terbang ke angkasa seperti burung. Mereka tidak patah arang dengan cemoohan itu, sampai akhirnya berhasil menerbangkan pesawat terbang pertama dikendalikan oleh manusia.

                Jauh pada tahun sebelumnya, penerbangan balon udara panas didemonstrasikan oleh seorang berkebangsaaan Perancis bernama Joseph Montgolfier dan Etiene Montgolfier tahun 1782. Karena jasa mereka itulah manusia hari ini bisa menikmati perjalanan jauh menempuh jarak ribuan mil hanya dalam hitungan jam.

                Tanpa terasa sudah waktunya kami berangkat ke Paris. Pesawat sudah standby. Penumpang sudah dipanggil untuk naik. 8 jam duduk dengan posisi terbatas ternyata sangat tidak menyenangkan. Apalagi dengan udara yang lebih dingin dari hari-hari biasa, seluruh persendian badan serasa kaku dan pegal-pegal. Sesekali pesawat terasa seperti melalui jalan berlubang ketika bersentuhan dengan awan.

                Selama perjalanan ini, hampir semua penumpang diam. Tenggelam dengan aktifitas tanpa suara. Apalagi di depan kami ada layar penunjuk arah. Informasi posisi kami saat ini. Lengkap dengan informasi waktu yang akan ditempuh untuk mendarat.

                Jika bosan, kami tinggal pilih beberapa film sesuai selera. Memutarnya menggunakan headset. Mengurangi kebosanan selama perjalanan. Jika tidak salah, jenis pesawat yang kami tumpangi Boeing 777. Sebuah pesawat yang cukup besar dan bermesin ganda buatan Boeing Commercial Airplanes. Dengan kecepatan maksimum 0.85 Mach sekitar 1041.287 km/ jam.

                Kami membayangkan jika pesawat yang kami tumpangi sejenis Concord, kecepatannya mencapai 2.04 mach sekitar 2499.090km/ jam. Kecepatannya melebihi kecepatan matahari, 828.000 km/ Jam. Disinilah kita betul-betul merasakan relativitasnya waktu. Mahluk yang membuat kita semakin lama semakin tua. Makhluk yang dengannya Allah bersumpah beberapa kali dalam Al-Quran.

                Jika kita berangkat dari Indonesia menggunakan pesawat Concord tanggal 2 jam 07.00 maka  kita akan tiba di daratan Eropa tanggal 1: Sehari sebelumnya. Apakah dengan begitu umur kita bertambah 1 hari? Tentu saja jawaabannya tidak. Ukuran waktu yang kita gunakan sekarang hasil dari buah pikir manusia untuk standar peristiwa. Tidak ada kaitannya dengan sisa waktu umur manusia. Kita tidak tahu standar waktu mana yang digunakan Tuhan untuk mengukurnya?

                Berulang kali Allah menyebutkan kata waktu dalam firman-Nya. Dan tidak pernah secara konkrit menjelaskan apa standart waktu yang digunakan. Tapi di sisi lain Allah juga memberikan fenomena alam: perubahan siang dan malam. Darinya, manusia bisa merumuskan bahwa dalam satu kali pergantian malam dan siang itu jumlahnya 24 jam. Diambil dari kecepatan bumi mengelilingi matahari.

                Inilah kemudian mengapa Allah banyak memberikan pertanyaan akan fungsi akal dalam banyak firman-Nya. Misalnya, Apakah kamu berfikir? Apakah kamu merenung? Seperti ayat berikut: “Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan.” (Qs. Al-Ghasiyah ayat: 17).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun