Selera Tradisi
Produk lain yang menyita lirikan mata saya adalah produk batik khas Kota Pamekasan, Madura, yaitu Batik Podhe. Jujur saya bangga begitu melihat stand batik ini juga tergelar di pameran. Maklum, saya lahir di Kota Pamekasan. Jelas, saya penasaran apa sisi menarik batik tersebut bisa ikut serta pameran.
"Sampeyan kok berani-beraninya ikut pameran ini mas? Memangnya apa yang bisa sampeyan andalkan?" tanya saya sama Abdul Latief, penjaga sekaligus pemilik usaha tersebut, dengan gaya bercanda khas Madura. Lelaki itu tersenyum simpul. Kami pun langsung akrab.
"Kami punya ciri khas yang kuat dibanding pebisnis batik lainnya, yaitu tradisi lokal dan teknik yang mempertahankan warisan leluhur," katanya. Teknik celup adalah di antara khazanah tradisi yang ingin terus ia jaga.
Tetapi terus-terang jawabannya belum memuaskan saya. Sebab kalau hanya bermodal kekuatan tradisi lokal sudah banyak yang melakukannya. Tak sedikit yang gagal berkembang.
"Jangan keliru mas. Batik tradisi itu justru sangat digemari pelanggan luar negeri. Buktinya hanya brrdasar dari mulut ke mulut, batik saya bisa sampai ke negeri Jerman," tuturnya khas. Wow, saya suprise.
Menurut mas Latief, nilai tinggi yang diburu pelanggan luar negeri adalah tekniknya yang menggunakan model tradisional, yaitu teknik celup. Teknik tersebut yang kemudian tak mengabaikan aspek mutu pengerjaan mampu membuat pelanggan luar negeri jadi ngiler. Sungguh berasa berkelas bagi mereka.
"Karena itu, ciri khas inilah yang akan terus kita kembangkan dan lestarikan. Kami juga mulai merambah bisnis online," tambahnya.
Mendengar penuturannya, isi tempurung kepala saya seperti dibanjiri bunga-bunga cahaya. Bukan apa-apa sih.
Tetapi lelaki ini benar-benar membuat saya sadar akan istimewanya kebudayaan kita. Terlebih, khas dari tempat saya dilahirkan. Bangga. Kita memiliki banyak hal yang tak dimiliki bangsa lain, tetapi sangat kurang peduli melestarikan dan mengembangkannya.
Gamelan misalnya. Justru begitu diperhatikan oleh negara lain justru saat kita menganggapnya sesuatu yang kuno. Ketinggalan zaman. Sebagai generasi muda kita abai menggali, melestarikan dan mengembangkannya. Ini belum soal lagu-lagu kebudayaan, alat musik lainnya, busana adat dan masih banyak lagi.