Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Money

Mencicip Sensasi Kreativitas ala Produk Peserta PPI

10 Agustus 2015   11:37 Diperbarui: 10 Agustus 2015   11:37 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena itu, saya sepakat. Pemerintah sudah selayaknya tampil di garda terdepan menjadi fasilitator yang handal. Event pameran perlu digalakkan. Termasuk memberi edukasi agar pelaku bisnis kecil bisa terangkat kelasnya. Naik kelas ekspor. Mampu bersaing kelas antarnegara. Yang lebih banyak lagi tentu.

Selera Tradisi

Produk lain yang menyita lirikan mata saya adalah produk batik khas Kota Pamekasan, Madura, yaitu Batik Podhe. Jujur saya bangga begitu melihat stand batik ini juga tergelar di pameran. Maklum, saya lahir di Kota Pamekasan. Jelas, saya penasaran apa sisi menarik batik tersebut bisa ikut serta pameran.

"Sampeyan kok berani-beraninya ikut pameran ini mas? Memangnya apa yang bisa sampeyan andalkan?" tanya saya sama Abdul Latief, penjaga sekaligus pemilik usaha tersebut, dengan gaya bercanda khas Madura. Lelaki itu tersenyum simpul. Kami pun langsung akrab.

"Kami punya ciri khas yang kuat dibanding pebisnis batik lainnya, yaitu tradisi lokal dan teknik yang mempertahankan warisan leluhur," katanya. Teknik celup adalah di antara khazanah tradisi yang ingin terus ia jaga.

Tetapi terus-terang jawabannya belum memuaskan saya. Sebab kalau hanya bermodal kekuatan tradisi lokal sudah banyak yang melakukannya. Tak sedikit yang gagal berkembang.

"Jangan keliru mas. Batik tradisi itu justru sangat digemari pelanggan luar negeri. Buktinya hanya brrdasar dari mulut ke mulut, batik saya bisa sampai ke negeri Jerman," tuturnya khas. Wow, saya suprise.

Menurut mas Latief, nilai tinggi yang diburu pelanggan luar negeri adalah tekniknya yang menggunakan model tradisional, yaitu teknik celup. Teknik tersebut yang kemudian tak mengabaikan aspek mutu pengerjaan mampu  membuat pelanggan luar negeri jadi ngiler. Sungguh berasa berkelas bagi mereka.

"Karena itu, ciri khas inilah yang akan terus kita kembangkan dan lestarikan. Kami juga mulai merambah bisnis online," tambahnya.
Mendengar penuturannya, isi tempurung kepala saya seperti dibanjiri bunga-bunga cahaya. Bukan apa-apa sih.

Tetapi lelaki ini benar-benar membuat saya sadar akan istimewanya kebudayaan kita. Terlebih, khas dari tempat saya dilahirkan. Bangga. Kita memiliki banyak hal yang tak dimiliki bangsa lain, tetapi sangat kurang peduli melestarikan dan mengembangkannya.

Gamelan misalnya. Justru begitu diperhatikan oleh negara lain justru saat kita menganggapnya sesuatu yang kuno. Ketinggalan zaman. Sebagai generasi muda kita abai menggali, melestarikan dan mengembangkannya. Ini belum soal lagu-lagu kebudayaan, alat musik lainnya, busana adat dan masih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun