“Waktunya sangat mepet. Untungnya persiapan tidak begitu keteteran, karena penelitiannya sudah cukup lama, bisa langsung saya bawa semua hasil analisis saya, benda uji, proses kajian dan sebagainya”
Pihak Imigrasi Indonesia sempat mencurigai Mba Yani di Bandara Juanda. Ini terjadi karena selain Mba Yani membawa paving geopolimer seukuran batu bata, visanya dari konjen Jepang Surabaya juga tidak mencantumkan tanggal berlakunya. Kenekatan Mba Yani tidak sia-sia.
Pejabat Imigrasi Juanda yang memeriksanya bertanya tentang batu bata yang dibawa. Begitu ibu pejabat Imigrasi tahu kalau Mba Yani adalah seorang dosen Teknik Sipil ITS, ia menjadi sumringah. Karena menginginkan anaknya kelak bisa belajar di ITS. Akhirnya Mba Yani pun lolos dan terbang ke Jepang dengan mudah.
Bisa sampai di Bandara Haneda, Tokyo belum berarti membuat mulus perjalanan Mba Yani. Karena ijin visa yang masih dipermasalahkan, Mbak Yani dibawa ke sebuah ruangan interogasi. Didalamnya juga sudah duduk beberapa orang lelaki berbadan besar semacam anggota Yakuza itu. Mbak Yani tidak gentar.
Ia bertanya kepada pejabat Imigrasi yang membawanya. Mba Yani menyebutkan nama the University of Tokyo yang merupakan universitas terbaik di Jepang. Sejatinya memang tujuan utama Mba Yani ke Tokyo adalah untuk memenuhi undangan profesornya untuk menghadiri simposium internasional di Todai, begitu nama universitas ini disebut di Jepang. Mendengar nama Todai disebut, pejabat Imigrasi Jepang terkejut. Tak disangka oleh Mba Yani, hal itu membuat sang pejabat segera memutuskan untuk memberikan izin dan memberikan visa hingga jadi di tempat seketika itu juga. Tak henti-hentinya Mba Yani bersyukur pada Tuhan.
EVENT MENGESANKAN
Event WIIPA pun digelar dengan suasana kompetisi yang benar-benar terasa. Ada lebih dari 7 negara dengan membawa penemuan-penemuan seni, disain dan teknologi yang mungkin sebelumnya belum pernah terpikirkan dan terbayang di pikiran kita.
Mba Yani sendirian saja mewakili Indonesia dengan membawa bendera Indonesia di tangan kanan yang ia copot dari dashboard mobilnya di Surabaya. Paving geopolimer diletakkan di meja kecil di depan posternya. Itu pun sambil menyeret semua barang bawaannya sendirian menuju meja penilaian.
Meja yang diambil Mbak Yani berada di pojok dan bergabung bersama meja Malaysia, negeri serumpun kita.
“Malaysia benar-benar niat banget. Meja pameran mereka penuh dengan segala pernak-perniknya. Pesertanya juga ada anak SMP nya yang sudah menemukan teknologi canggih. Malaysia juga membawa penterjemah bahasa jepang juga yang mungkin tujuannya bisa menjelaskan lebih baik khussusnya pada penguji dari jepang Saya hampir benar-benar merasa “kecil” dan malu dengan melihat persiapan Malaysia dan Negara-negara lain yang heboh dan hebat itu, sedangkan saya sendirian mempersiapkan semuanya. Seadanya dan sederhana.”
Ada inventor dari China yang menemukan tas bagasi yang bisa memberi signal batas muat jika hendak dibawa naik pesawat tidak boleh melebihi 20 kilogram. Jika lebih dari batas 20 Kg, tas itu akan memberikan “peringatan” kelebihan isi muatnya.