Ada rasa penyesalan sedikit dalam hati saya, karena saya tidak bisa merasakan langsung bagaimana rasanya saat memakai lengan bionik tersebut. “Ini sedang rusak, kehujanan”, jelas nya pada kami. Bisa dimaklumi, bagaimana tidak akan terkena hujan, bila melihat kondisi rumah sekaligus bengkel yang memprihatinkan itu, beratap seng yang rentan hujan dan hanya separuh saja atap yang menutupi.
“Semua saya kerjakan sendiri. Tidak ada yang membantu. Hanya mesin lie detector ini saja yang saya minta teman untuk membelikannya. Lengan buatan ini sebenarnya alat bantu kerja saja. Bukan lengan robot. Kalau dipaksa disebut robot, mungkin baru 80% saja., “.
Ekspektasi atau bayangan yang terjadi pada awak media dan juga beberapa kalangan memang kelihatannya terlalu tinggi. Jangan membayangkan kalau Bli Tawan menciptakan teknologi seperti yang ada di film IronMan. Lengan mekanis ini bekerja dengan system sederhana. Juga bukan tipuan atau Hoax seperti yang digembar-gemborkan kebanyakan orang.
“Saya tidak mencari kekayaan. Juga terkenal. Nggak, sama sekali. Kalau ini bisa membuat banyak orang menjadi terinspirasi, saya bersyukur. Orang dengan keadaan seperti saya ini, harus bisa menghidupi sendiri. Siapa yang mau kasih makan istri anak saya, kalau bukan Saya?”.
Bli Tawan hidup bersama seorang istri yang setia, Nengah Sudiartini bersama ketiga anaknya laki-laki. Sulungnya Made Astro Bintang Putra berusia 11 tahun, Ketut Erlangga Putra 6 tahun, dan Putu Titan Putra usia 4 tahun. Menekuni pekerjaan sebagai tukang pengepul dan pengumpul botol bekas dan barang rongsokan sudah selama 15 tahun. Dan bekerja menjadi tukang las sudah dijalaninya selama 4 tahun. Ia tinggal bersama keluarga kecilnya itu diatas lahan tanah seluas 200 meter persegi.
Mengelas besi pagar, knalpot motor, membuka ban mobil dan memasangnya sampai membuat sebuah mesin pengupas jagung yang dipesan pabrik jagung. Bli Tawan juga bercerita, “kalau saya orang tidak baik, mesin pengupas jagung bisa saja saya sket untuk langsung otomatis bekerja, tanpa manusia bisa otomatis. Tapi saya berpikir, itu namanya saya mematikan rejeki orang lain. Maka saya buat, agar mesin itu berfungsi dan manusia nya (buruh) juga bisa tetap bekerja,” tutur nya lagi.
Dari sini saya menangkap makna kebaikan yang disampaikan Bli Tawan. Ia bisa merasakan susahnya orang kalau diberhentikan rejekinya.
“Sama sekali juga saya tidak berharap terkenal. Pemda Karangasem menjaga saya. Agar ilmu saya tidak disalah gunakan oleh pihak lain. Makanya saya dipesan agar orang yang bertamu mengisi buku tamu didepan meja itu.” Jelasnya lagi.