Mohon tunggu...
Hardiyanto Takula
Hardiyanto Takula Mohon Tunggu... -

Hardiyanto Takula Mimpiku menjadi seorang penulis terkenal, tidak akan kuhentikan begutu saja, keinginan ini terus tumbuh meski kemarau berkepanjangan. Bagiki, menulis adalah bukti cinta seseorang pada kehidupannya, karena apapun yang ada disekitarnya diapresiasikan dalam coretan-coretan tintah hitam diatas kertas. Mohon dukungan dari semua kompasioner, bagaimana aku lebih mampu lagi menjaga, memegang, dan mewudkan mimpi yang tertunda, untuk menjadi penulis terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Induk Ayam Menangis

13 Agustus 2010   15:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:04 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Co-Pas dari sebuah blog

Pagi hari yang dingin, sejenak titik-titik cahaya sang surya mulai menembus langit-langit dan awan, sejurus kemudian menghangat bumi, ayam-ayam mulai bertebaran membawa kawanannya ke berbagai tempat untuk mengais makanan, kecuali seekor induk ayam. Ayam itu selalu terlihat murung, seakan kesedihan menyelimuti hdupnya, semakin lama semakin lama membuat anak-anak ayam terus memperhatikannya.

“Ada apa dengan ibu kita?” Tanya seekor ayam pada saudaranya.

“Saya tidak tahu, saudaraku” Jawab anak ayam yang satunya.

Anak ayam itu tak merasa puas, lalu bertanya pada saudaranya yang lain.

“Kalian lihat ibu bersedih hati kan?” Tanya anak ayam ini kepada saudara-saudaranya.

“iya kami lihat” jawab anak-anak ayam lainnya serentak.

“Lalu apa yang membuat ibu bersedih?” Tanya anak ayam itu lagi, anak-anak ayam lain pun tidak bisa menjawab, mereka bingung. Tak puas dengan jawaban, maka anak ayam itu pun berlalu dari hadapan saudara-saudaranya hendak menemui ayam jantan yang menjadi ayah mereka.

“Ayah, apa yang membuat ibu bersedih, bisa kah kau ceritakan padaku?” Tanya anak ayam itu kepada ayam dewasa. Mendengar pertanyaan anak ayam kecil itu, ayam jantan dewasa pun langsung menangis. Si ayam kecil kebingungan, dan terus bingung.

“Paman, Bibi….” Kembali anak ayam itu menemui paman dan bibinya,pertanyaan yang sama pun dilontarkan tetapi ayam dewasa itu pun menangis bahkan semakin menangis ketika harus menjawab pertanyaan ayam kecil ini. Akhirnya anak tak puas dan putus asa.

“Percuma bertanya pada ayah, paman dan bibi, tak ada yang tahu, ketika ditanya ada apa dengan ibu, semua malah jadi menangis, benar-benar menyebalkan” Kata ayam kecil itu kemudian berlalun pergi.

*****

Ahirnya anak ayam itu pun beranikan dirinya bertanya pada ibunya, sambil disaksikan saudara-saudaranya, ayam kecil itu pun bertanya :

“Ibu, akhir-akhir ini aku melihat ibu bersedih, apa yang membuat ibu bersedih” Tanya ayam kecil itu pada induknya. Induk ayam itu hanya menangis tersedu-sedu.

“Ada apa ibu, katakan padaku, beritahu padaku apa yang membuatmu sedih, biar kami bisa membantu mencari solusi masalahmu” Desak anak ayam itu pada induknya.

“Ada apa ibu? Katakan…” desak anak ayam itu, namun lagi-lagi induk ayam hanya bisa menangis. Anak-anak ayam semakin kebingungan melihat prilaku ibunya.

“Tahukah kalian? Kata induk ayam mulai bicara, lalu terdiam tanpa kata, anak-anak ayam pun diam sambil menunggu apa yang dikatakan oleh induk mereka.

“Hari ini adalah hari puncak dimana para ayam-ayam bersedih, dimana sebagian besar ayam-ayam dewasa harus rela menyerahkan nyawanya untuk direnggut paksa” Kata induk ayam menjelaskan.

“Maksud ibu apa?” Tanya seekor anak ayam lainnya.

“Besok umat manusia berpuasa, dan sudah menjadi tradisi mereka untuk mengawali makan sahur mereka harus menyembelih ayam dewasa” Kata induk ayam kemudian menangis lagi.

“Lalu kenapa ibu menangis?” Tanya anak ayam lainnya.

“Bukankah itu pengorbanan pada manusia yang taat menjalankan perintah Tuhannya bu?” Tanya anak ayam yang satunya lagi.

“Bukankah itu juga sebuah amalan bagi ibu sendiri? Tanya ayam yang satunya lagi. Induk ayam terus menangis, sesekali dia berteriak berkoko gelisah.

“Yang membuat ibu menangis bukan karena tidak mau disembelih, dihadapan majikan kita mahluk yang selalu tunduk meski kita selalu terbang menghindar.

“Besok mereka mengawali puasa mereka dengan menyembelih ayam-ayam. Tetapi banyak dari mereka, tidak lebih dari tiga hari puasa mereka, itu yang membuat ibu bersedih, apakah ibu tergolong ayam yang berkorban pada majikan yang tidak taat pada Allah?” Begitu ibu menceritakan kesedihannya, anak-anak ayam pun mulai memahami.

“Pantas saja paman dan bibi malah menangis, ketika aku bertanya pertanyaan yang sama” Kata anak ayam itu kemudian berlalu pergi meninggalkan induknya dan saudara-saudara lainnya.

Anak ayam itu pun bersedih, karena kelak mereka dewasa tentu akan bernasib sama dengan induknya, dan semakin banyak manusia yang ingkar pada Allah, suka mengorbankan makhluk lain demi kepentingan mereka, sementara mereka terus berbuat kezaliman dimuka bumi.

Tulisan ini bisa diakses melalui :

http://hardiyanto.blogdetik.com/2010/08/10/induk-ayam-menangis/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun