Mohon tunggu...
Hardiyanto Takula
Hardiyanto Takula Mohon Tunggu... -

Hardiyanto Takula Mimpiku menjadi seorang penulis terkenal, tidak akan kuhentikan begutu saja, keinginan ini terus tumbuh meski kemarau berkepanjangan. Bagiki, menulis adalah bukti cinta seseorang pada kehidupannya, karena apapun yang ada disekitarnya diapresiasikan dalam coretan-coretan tintah hitam diatas kertas. Mohon dukungan dari semua kompasioner, bagaimana aku lebih mampu lagi menjaga, memegang, dan mewudkan mimpi yang tertunda, untuk menjadi penulis terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Induk Ayam Menangis

13 Agustus 2010   15:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:04 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bukankah itu juga sebuah amalan bagi ibu sendiri? Tanya ayam yang satunya lagi. Induk ayam terus menangis, sesekali dia berteriak berkoko gelisah.

“Yang membuat ibu menangis bukan karena tidak mau disembelih, dihadapan majikan kita mahluk yang selalu tunduk meski kita selalu terbang menghindar.

“Besok mereka mengawali puasa mereka dengan menyembelih ayam-ayam. Tetapi banyak dari mereka, tidak lebih dari tiga hari puasa mereka, itu yang membuat ibu bersedih, apakah ibu tergolong ayam yang berkorban pada majikan yang tidak taat pada Allah?” Begitu ibu menceritakan kesedihannya, anak-anak ayam pun mulai memahami.

“Pantas saja paman dan bibi malah menangis, ketika aku bertanya pertanyaan yang sama” Kata anak ayam itu kemudian berlalu pergi meninggalkan induknya dan saudara-saudara lainnya.

Anak ayam itu pun bersedih, karena kelak mereka dewasa tentu akan bernasib sama dengan induknya, dan semakin banyak manusia yang ingkar pada Allah, suka mengorbankan makhluk lain demi kepentingan mereka, sementara mereka terus berbuat kezaliman dimuka bumi.

Tulisan ini bisa diakses melalui :

http://hardiyanto.blogdetik.com/2010/08/10/induk-ayam-menangis/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun