“Bukankah itu juga sebuah amalan bagi ibu sendiri? Tanya ayam yang satunya lagi. Induk ayam terus menangis, sesekali dia berteriak berkoko gelisah.
“Yang membuat ibu menangis bukan karena tidak mau disembelih, dihadapan majikan kita mahluk yang selalu tunduk meski kita selalu terbang menghindar.
“Besok mereka mengawali puasa mereka dengan menyembelih ayam-ayam. Tetapi banyak dari mereka, tidak lebih dari tiga hari puasa mereka, itu yang membuat ibu bersedih, apakah ibu tergolong ayam yang berkorban pada majikan yang tidak taat pada Allah?” Begitu ibu menceritakan kesedihannya, anak-anak ayam pun mulai memahami.
“Pantas saja paman dan bibi malah menangis, ketika aku bertanya pertanyaan yang sama” Kata anak ayam itu kemudian berlalu pergi meninggalkan induknya dan saudara-saudara lainnya.
Anak ayam itu pun bersedih, karena kelak mereka dewasa tentu akan bernasib sama dengan induknya, dan semakin banyak manusia yang ingkar pada Allah, suka mengorbankan makhluk lain demi kepentingan mereka, sementara mereka terus berbuat kezaliman dimuka bumi.
Tulisan ini bisa diakses melalui :
http://hardiyanto.blogdetik.com/2010/08/10/induk-ayam-menangis/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H