Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mencintai Toilet

17 Desember 2019   14:53 Diperbarui: 17 Desember 2019   22:31 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jika ada orang yang sangat cinta sekali pada kekasihnya hingga dibilang cinta buta, itu sudah biasa, banyak contohnya dan mungkin kau adalah salah satunya. Demikian juga jika ada orang yang sangat cinta sekali pada hewan peliharaannya hingga memperlakukan mereka laik manusia itu pun sudah biasa. Tetapi Tuti beda. Mungkin kalian akan menganggapnya gila. Kalian nilailah nanti, aku hanya ingin menceritakan betapa dia sangat mencintai toilet.

***

Di panggung yang megah itu, di bawah gemerlap lampu warna-warni dan di depan ratusan tamu undangan. Tuti berdiri di depan mimbar dengan wajah penuh haru. Di tangan kanannya tergenggam piala berwarna keemasan yang sesekali berkilau terterpa sinar lampu. Sambil sesuggukkan menahan tangis bahagia usai dinobatkan sebagai penyanyi pendatang baru terbaik, Tuti menghaturkan rasa terimakasihnya kepada Tuhan dan toilet.

"Terimakasih sebesar-besarnya saya haturkan kepada Tuhan dan toilet," katanya.

Ratusan tamu undangan yang didominasi oleh kalangan artis dan beberapa pejabat terkejut mendengarnya. Salah seorang kameramen bahkan sempat menyorot Yonglex tengah tersedak di bangku saat Tuti mengucapkan toilet tepat pada waktu penyanyi rap itu memasukkan potongan pastel ke dalam mulut.

Beragam ekspresi berpendaran. Kebanyakan tergelak bagai mendengar lelucon semata, sedang Tuti di atas panggung sana semakin bertambah melankolic.

"Jika ada yang bertanya kepada saya, siapa di dunia ini yang paling mengenal saya, saya akan menjawab tak lain tak bukan yang paling mengenal saya adalah toilet."

Mereka tertawa. Mata Tuti berkaca-kaca.

"Di sanalah tempat saya membagi keluh kesah, tempat saya memelihara mimpi, hingga kemudian mimpi itu menjadi nyata," imbuh Tuti. "Dan ada yang mungkin perlu kalian tahu," tambahnya. "Terkadang, toilet bisa lebih mengerti kita ketimbang manusia."

Mereka tertawa. Bibir Tuti bergetar.

"Untuk semua yang sudah mendukung saya, penghargaan ini juga untuk kalian," Tuti mengangkat piala itu tinggi-tinggi, lalu beringsut pergi meninggalkan panggung. Riuh tepuk tangan penonton menggema.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun