Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Donna.. Donna..

7 Februari 2016   10:10 Diperbarui: 10 Februari 2016   18:09 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Donna tertawa. “Siapa yang bilang aku sudah menikah?”

“Lalu, anak itu?” dahi Angin mengerut.

Donna mengangkat kedua pundaknya. “Entahlah anak siapa?”

Dalam diam Angin tertohok mendengar jawaban Donna. Bisa ia simpulkan kalau Donna telah bercumbu dengan banyak lelaki sampai tak tahu siapa yang menanam benih di rahimnya. Namun, Angin tak mau mendesak Donna untuk bercerita siapa kira-kira ayah dari anak itu. Angin pikir, ia bukan ayah, atau kekasih Donna lagi. 

Angin hanya bisa menarik nafas. “Mungkin, memang, itulah kelemahan Donna. Ia sangat mudah dimabuk cinta. Dulu misalnya, baru sebulan berpacaran, Donna telah memberikan tubuhnya untuk kujejali meski tak sampai merenggut keperawanannya. Ya, keperawanan yang akhirnya membuat hubunganku dengannya kandas,” kenang Angin.

Sore itu, saat mereka bercumbu dengan kondisi setengah telanjang di sofa apartemen Angin, saat mereka seperti diterbangkan malaikat-malaikat kecil dengan sayap-sayap warna pelangi ke langit tak bernama, entah mengapa Angin tergelitik menanyakan perihal keperawanan Donna. Mungkin nalurinya terusik karena sifat Donna yang sangat agresif. Waktu itu, Angin terkejut bukan main ketika Donna secara terbuka mengatakan bahwa keperawanannya telah direnggut mantan kekasihnya (sebelum Angin). Sekejap berahi Angin yang tengah meninggi langsung amblas. Diangkat Angin tubuhnya yang sedari tadi menindihi Donna, dan dipakai lagi bajunya lalu duduk di tepi ranjang. Donna pun memakai bajunya dan duduk di sebelah Angin. Kepalanya menunduk. Ia tahu Angin tengah kecewa, sedih, dan marah.

Setelah tahu kenyataan itu, Angin menghilang sejenak dari kehidupan Donna. Ia tak ingin bertemu atau berkomunikasi dengan Donna untuk sementara waktu. Pikirannya tengah kalut. Emosinya masih tinggi. 

“Ngin! Jaman sekarang sudah langka perempuan yang masih perawan. Apalagi kalau dia cantik seperti Donna. Lelaki mana yang tak memutar otak agar bisa cepat-cepat menyesap sari-sarinya? Aku yakin, kau pun sama seperti para lelaki yang kumaksud. Jangan naiflah, Ngin! Jaman sekarang kesucian hanyalah omong kosong. Kesucian hanyalah cermin retak yang senantiasa ingin diutuhkan.” 

Begitulah yang dikatakan Gide, sahabat Angin, ketika Angin menceritakan kegalauannya. Siang dan malam Angin merenungkan kata-kata itu. “Apa benar aku naif? Atau tak bisa menerima kenyataan mendapati Donna yang sudah tidak perawan. Sementara aku – seorang lelaki dan berumur lebih dewasa darinya – masih perjaka.” 

Setelah merenung selama berminggu-minggu akhirnya Angin mengubur dalam-dalam kekecewaannya itu karena sudah kepalang sayang, dan kembali melanjutkan kisah asmara bersama Donna tanpa memedulikan lagi perihal keperawanan kekasihnya itu. 

Namun, saat merayakan hari jadi mereka yang ke satu tahun bersama beberapa kerabat dekat mereka di Bali, Donna mengungkapkan rahasia yang belum dikatakannya kepada Angin. Entah apa yang membuat Donna mengungkapkan rahasia itu di tengah luka hati Angin yang belum sepenuhnya mengering paska mengetahui masa lalunya. Padahal, Donna punya pilihan untuk tak mengungkapkannya agar selamanya Angin tak pernah tahu tentang rahasia itu. Mungkin, Donna merasa harus berterus terang lantaran Angin sempat mengutarakan niat ingin melamarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun