Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seekor Kumbang yang Jatuh Cinta

4 Februari 2016   11:31 Diperbarui: 4 Februari 2016   14:37 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian doa yang selalu dipanjatkan kembang Mutiara sebulan belakangan ini. Dan matanya selalu berkaca-kaca setiap kali mengucapkan dua permohonan itu. 

“Serius banget lihat awannya. Memang di sana ada apa, sih?” Jordi tiba-tiba muncul. Kembang Mutiara menoleh, lalu tersenyum, setelah sebelumnya sempat sedikit kejut. Tanpa basa-basi Jordi langsung duduk di samping kembang Mutiara. Aku kesal melihat mereka bersama. 

Aku tak suka Jordi! Dia itu tengil! Dia sering menggoda siswi-siswi di sekolah ini! Itulah mengapa aku menjulukinya si buaya belang! Namun, sudah sebulan ini kuperhatikan si buaya belang tampaknya sedang gencar mendekati kembang Mutiara. Tiap kali kembang Mutiara berada di taman ini si buaya belang senantiasa nimbrung! Ada saja topik yang dibicarakannya. Dan dia selalu menyelipkan gombalan-gombalan yang sering kali membuat perutku mual! 

“Buaya belang! Awas saja kalau kau mempermainkan kembang Mutiara! Aku akan membuat perhitungan denganmu! Jangan kau kira seekor kumbang tak bisa melukai manusia! Akan kugigit pantatmu yang tepos itu!” ujarku seolah-olah si buaya belang bisa mendengar ancamanku ini.

Buru-buru aku terbang dan bertengger di sekuntum melati yang berada lebih dekat dengan mereka, agar bisa lebih jelas menguping apa yang si buaya belang katakan.  

“Ra, malam minggu nanti kamu ada acara? Nonton, yuk? Film-film yang tayang di bioskop lagi seru-seru, lho! Aku traktir!” 

Darahku mendidih. Nafasku mengepul-ngepul. Emosi aku mendengarnya.

“Aku nggak bisa, Jo. Ada acara keluarga. Lain kali aja, ya.” 

“O, oke, nggak masalah,” imbuh si buaya belang dengan senyum yang dilebar-lebarkan. 

Puas sekali aku mendengar jawaban kembang Mutiara. Biar tahu rasa si buaya belang! Dia pikir semua siswi di sekolah ini bisa takluk karena ketampanannya? Kembang Mutiara tentulah beda! 

Kukatup bibirku rapat-rapat saat si buaya belang melintas di depanku.  Kusembunyikan wajahku yang tengah cekikikan di balik daun. Meski aku tahu si buaya belang tak akan menyadari bahwa ada seekor kumbang yang tengah tertawa di atas penderitaannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun