Sungguh  bisa kita lihat sebuah kontradiksi, dimana Nabi -shallallahu 'alahi wa  sallam- mengajak mereka menuju kepada jalan keselamatan, namun mereka  justru menolak mentah-mentah bahkan berusaha menghabisi orang yang  menolong mereka. Maka jangan salahkan siapa-siapa ketika akhirnya  balasan bagi orang-orang yang menolak itu adalah jurang kehancuran.
 Bukti nyata ini sudah cukup jelas membuktikan bahwa Al-Qur'an bukanlah  kumpulan bait-bait sya'ir yang dikarang oleh penyair ternama, apalagi  kumpulan dongeng-dongeng khayalan yang disusun sebagai pengantar tidur  untuk menina bobokan anak-anak balita. Sama sekali tidak!
 Meskipun bahasanya melampaui bahasa-bahasa ahli sastra, dan banyak dari  isinya yang menceritakan sejarah masa lalu serta gambaran masa depan  namun ia bukan kitab bahasa atau kitab sastra, maupun kitab sejarah  apalagi kitab primbon ramalan.
 Maka agak membingungkan sekali  ketika ada orang di zaman ini yang mengaku sebagai cendekiawan namun  mencoba mengkritik Al-Qur'an dari sisi bahasanya. Sungguh langkah yang  sangat nekat sekali, jika tidak dikatakan 'ndlurung bin aya aya wae.'  (ngawur/jawa-sunda.)
 Al-Qur'an adalah kitab petunjuk yang tiada  keraguan di dalamnya, yang membimbing manusia agar selamat di dunia  maupun di akhirat kelak. Ia  juga merupakan salah satu dan sumber hukum  paling utama dalam syariat islam yang menjelaskan cara bagaimana kita  menaati perintah Allah -subhanahu wa ta'ala-.
 Petung, 27 Desember 2015
 ==========
 Referensi :Â
- Al-Qur'an Al-Karim Â
- Mabahits fi Ulum Al-Qur'an : Manna' Al-Qatthan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H