“Tidak pernah!”
“kalian mengatakan bahwa yang dikatakan Muhammad itu adalah syair. Apakah kalian pernah melihat Muhammad membuat syair?”
“Tidak!”
“Kalian mengatakan bahwa Muhammad itu pendusta. Apakah kalian pernah mengetahui Muhammad berduta?”
“Demi Tuhan, ia tidak pernah sekali pun berdusta”
Mereka balik bertanya kepada Walid, “Kalau demikian adanya, lantas apa sejatinya yang diucapkan oleh Muhammad?”
Walid bin Mughirah terdiam dan kebingungan. Dia meminta waktu untuk berpikir dan menyendiri. Jujur dia saat itu sebenarnya sudah 'mentok' kehabisan akal dan pusing tuduhan apa yang harus disematkan kepada Nabi agar orang-orang menjauh darinya, dan akhirnya dia pun menemukan kata sihir sebagai hal yang menurutnya paling mendekati, karena menurut dia kata-kata yang diucapkan Nabi bisa membuat anak berpisah dari ayahnya, suami dari istrinya dan budak dari majikannya karena salah seorang dari mereka masuk islam.
Sungguh ini menunjukkan bukti kekalahan telak mereka, karena tidak mampu melawan kemu'jizatan Al-Qur'an yang sudah sangat jelas tadi maka mereka pun seakan kehilangan logika dan menggunakan cara kotor dengan menyebarkan tuduhan-tuduhan keji yang disematkan kepada Nabi kita yang mulia.
Kisah di atas digambarkan dengan rinci dalam Al-Qur'an surat Al-MUddatsir ayat 11 - 30.
Begitulah gambaran orang-orang yang bermental lemah dan ringkih, yang tidak mau mengakui kebenaran yang terang benderang. Berbagai upaya mereka tempuh guna 'menjinakkan' Nabi -shallallahu 'alahi wa sallam- dan para pengikutnya. Mulai dari cara dan bujukan halus berupa harta, tahta dan wanita sampai kepada cara-cara keras dan kasar berupa tindakan penganiayaan fisik maupun embargo ekonomi untuk Bani Hasyim.
Namun Nabi -shallallahu 'alahi wa sallam- tetap tidak mau bergeming dan hanya akan menyerah ketika mereka mampu menjawab tantangan berupa mendatangkan perkataan yang bisa menyamai Al-Qur'an.