Mohon tunggu...
Tahta Arsila
Tahta Arsila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berlibur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Balik Reruntuhan

1 Juli 2024   18:58 Diperbarui: 1 Juli 2024   19:04 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerja sama tim mereka sangat mulus, setiap anggota tim bekerja secara harmonis untuk menavigasi medan yang berbahaya.

Sementara itu, Aleta duduk di luar rumah sakit, matanya mengamati cakrawala untuk mencari tanda-tanda keberadaan Rena. Menit-menit berganti menjadi jam.Saat matahari terbenam di bawah cakrawala, memberikan bayangan panjang di lanskap, tekad Aleta goyah. Air mata berlinang di matanya saat dia bergulat dengan nasib Rena.

"Aku tidak akan menyerah, Rena," bisik Aleta, suaranya nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk upaya penyelamatan. "Aku akan terus mencarimu, apa pun yang terjadi."

Aleta menunggu, berjaga-jaga. Dan saat malam semakin larut, ia tetap yakin Rena akan ditemukan.
Saat matahari mulai terbenam di lanskap yang porak-poranda, suara klakson truk menembus suasana yang suram. Hati Aleta melonjak penuh harapan saat ia bergegas menuju sumber keributan. Sebuah konvoi truk makanan telah tiba, membawa pasokan yang sangat dibutuhkan oleh para korban gempa.
Aleta bergabung dengan para relawan untuk menurunkan peti-peti berisi makanan dari truk. Kotak-kotak berisi produk segar, karung beras, dan kaleng-kaleng makanan.
Aleta memimpin rombongan menuju dapur rumah sakit. Di tengah-tengah dentingan panci dan wajan, ia mengumpulkan tim relawan, yang masing-masing ingin membantu menyiapkan makanan bagi mereka yang membutuhkan.
Dapur penuh dengan aktivitas saat mereka mulai bekerja, memotong sayuran, menanak nasi, dan merebus rebusan yang gurih. Meskipun dengan sumber daya yang terbatas, mereka mengubah bahan-bahan sederhana menjadi hidangan yang hangat.

Menu malam itu adalah sup sayuran yang lezat, penuh dengan wortel, kentang, dan potongan daging yang disumbangkan oleh para petani lokal. Aroma rempah-rempah memenuhi udara saat sup mendidih di atas kompor, memberikan rasa nyaman dan hangat di dapur.Selain sup, Aleta dan timnya menyiapkan nampan-nampan berisi nasi yang masih mengepul, ditemani sepiring roti yang baru dipanggang dan semangkuk salad yang segar.

Saat makanan mulai disajikan, kabar menyebar dengan cepat ke seluruh rumah sakit, menarik para pasien dan staf ke ruang makan bersama. Dengan senyum penuh syukur, mereka berkumpul di sekitar meja.


"Terima kasih, Aleta," kata salah satu perawat, matanya berkaca-kaca. "Ini sangat berarti bagi kami, lebih dari yang kamu tahu."

Aleta mengangguk, matanya sendiri bersinar karena haru. Mereka duduk di bawah cahaya lilin yang berkedip-kedip, menikmati setiap gigitan.

Sergeant Ryan berjongkok di antara tumpukan puing bangunan yang runtuh, mata jelinya memindai setiap sudut. Angin berdesir di sekitarnya, menyisakan rasa dingin yang menusuk tulang.
Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada sebuah tubuh kecil yang tergeletak di bawah balok kayu yang hancur. Hatinya berdegup kencang saat dia mendekat, lalu tercekat ketika melihat seorang gadis muda yang tertimbun puing. Tubuhnya terbaring begitu tenang, namun wajahnya tertutup oleh debu dan darah.

"Sial," desis Ryan, segera meraih tubuh itu untuk memeriksanya. Namun, ketika dia menoleh, tangannya menyentuh sesuatu yang dingin. Sebuah ponsel terjatuh dari genggaman lemah gadis itu, dan segera terlihat gantungan hiasan dengan nama "Aleta".

Ryan menarik napas dalam-dalam, ingatan tentang Aleta menyapu pikirannya. Dan ini... gadis yang tergeletak di depannya... apakah dia Rena?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun