Mohon tunggu...
Tahnia Salsabilah
Tahnia Salsabilah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Fomo pada Perempuan: Antara Tekanan Sosial dan Kebutuhan diri

31 Agustus 2024   11:27 Diperbarui: 31 Agustus 2024   11:35 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bagi banyak perempuan, FOMO bukan sekadar rasa ingin tahu, melainkan sebuah tekanan yang menindas. Ketika setiap notifikasi membawa kabar tentang apa yang orang lain lakukan perjalanan yang mengesankan, pesta yang meriah, hubungan yang harmonis muncul perasaan hampa, seolah-olah hidup mereka kurang bermakna. Kecemasan mulai menggerogoti, mengikis kepercayaan diri, dan menghadirkan bayangan-bayangan kelam di hati mereka.

Mereka mulai bertanya pada diri sendiri, "Apakah aku cukup?" "Mengapa hidupku tidak seperti mereka?" "Apakah aku melewatkan sesuatu yang penting?" Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui pikiran mereka, menambah beban stres yang sudah berat di pundak mereka. Mereka merasa harus selalu ikut serta, selalu hadir, selalu terlibat, bahkan ketika hati mereka lelah dan jiwa mereka lemah.

Perlahan, perasaan ini menjadi kebiasaan, memaksa mereka mengambil keputusan secara spontan tanpa berpikir panjang, hanya sekedar untuk merasakan sejenak bahwa mereka tidak tertinggal. Mereka mungkin membeli barang-barang yang tidak mereka butuhkan, bergabung dalam acara yang tidak mereka minati, atau terus-menerus membuka aplikasi media sosial, berharap menemukan sesuatu yang akan mengisi kekosongan yang ada.

Namun, semakin mereka berusaha memenuhi harapan yang ditetapkan oleh masyarakat, semakin dalam pula mereka tenggelam dalam rasa tidak puas. FOMO telah mengambil alih, dan mereka tidak lagi menikmati momen-momen sederhana dalam hidup mereka.

Namun di tengah kecemasan ini masih ada harapan. Dengan kesadaran dan tekad, mereka mulai belajar untuk melepaskan diri dari perbandingan sosial yang tidak sehat. Mereka mulai memahami bahwa hidup tidak harus selalu menjadi sorotan, dan  kebahagiaan sejati tidak diukur oleh jumlah suka atau pengikut, namun dari kedamaian yang mereka rasakan dalam diri. Dengan menumbuhkan cinta diri dan memprioritaskan kesehatan mental, mereka mulai menata ulang kehidupan mereka, menjalani setiap hari dengan penuh rasa syukur, dan menemukan kembali kebahagiaan di tempat yang paling sederhana dalam diri mereka.

Mengabaikan Kebutuhan Diri

Dalam upaya untuk mengatasi FOMO, banyak wanita sering kali mengabaikan kebutuhan diri mereka yang mendasar. Demi memenuhi ekspektasi masyarakat atau sekadar mengikuti tren terkini, kebutuhan istirahat, introspeksi, dan waktu untuk diri sendiri seringkali dikesampingkan. Ketika Perempuan terus-menerus mencari kehidupan yang "sempurna" menurut standar orang lain, mereka bisa kehilangan pandangan tentang apa yang benar-benar penting bagi mereka secara pribadi.

Selain itu, perempuan yang mengalami FOMO mungkin mengalami kelelahan emosional. Terus-menerus terlibat dalam aktivitas sosial, baik secara online maupun offline, dapat membuat mereka merasa terkuras dan kehilangan fokus pada tujuan hidup mereka sendiri. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan produktivitas, hilangnya motivasi, dan perasaan tidak puas secara keseluruhan terhadap kehidupan.

Keseimbangan Antara Tekanan Sosial dan Kebutuhan Diri

Mengatasi FOMO dan menemukan keseimbangan antara tekanan sosial dan kebutuhan diri adalah tantangan yang besar, terutama dalam masyarakat yang sangat terhubung secara digital. Namun dengan kesadaran dan langkah yang tepat, perempuan dapat belajar untuk mengelola perasaan FOMO dan memprioritaskan kesejahteraan mereka sendiri.

Mengurangi Paparan Media Sosial : Dengan membatasi paparan terhadap konten yang menyebabkan FOMO, perempuan dapat lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup mereka. Mengatur waktu penggunaan media sosial dan lebih selektif dalam memilih konten yang diikuti bisa membantu mengurangi tekanan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun