Mohon tunggu...
Tafrihatul Ula
Tafrihatul Ula Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya adalah Tafrihatul Ula. Saya adalah mahasiswa semester 7 di Institut Agama Islam Negeri Langsa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menggali Kehidupan Lebah Simbol Kekuatan Dalam Al-Quran

23 Desember 2024   17:22 Diperbarui: 23 Desember 2024   17:22 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Islam dengan sains merupakan satu pemikiran yang mengasumsikan bahwa pengembangan sains dalam konteks keIslaman merupakan suatu keharusan bagi kelanjutan peradaban umat manusia yang harmonis di masa depan. Islam adalah agama yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam hal pengkajian berbagai fenomena alam. Beberapa ilmuwan Muslim yang telah mengukir namanya dalam sejarah Ilmu Pengetahuan Alam menjadi bukti bahwa Islam sebagai agama universal yang sangat konsen dengan pengembangan ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman.

Lebah dalam pandangan sains 

Dalam al-Quran, kata lebah dalam bahasa arab ialah Nahl. Nahl adalah nama dari suatu jenis binatang tertentu dengan sifat dan cirinya yang khas. Kata Nahl dan kata lain yang seakar dengan itu disebut dua kali didalam Al-Quran. Yang pertama dalam bentuk isim ma'rifah dengan bentuk An-Nahl dalam surah Al-Qolam (68):16 dengan makna lebah, dan yang kedua dalam bentuk Nihlah disebutkan satu kali pada surah An-Nisa (4): 4 yang berarti pemberian. Pada sistem yang diciptakan Allah, bunga dan lebah saling bergantung satu dengan lainnya.

Bau dan warna bunga yang beraneka ragam sebenarnya bukan ditujukan untuk kenikmatan manusia, tetapi lebih untuk menarik perhatian lebah agar terjadi proses penyerbukan pada tumbuhan. Lebah merupakan anggota ordo Hymenoptera yang masih berkerabat dengan kelompok semut, tawon, dan gonteng. Jumlah jenis dalam kelompok lebah tidak kurang dari 20.000 jenis, itu pun baru sebatas yang dipelajari dan diberi nama oleh manusia. Kelompok lebah madu dikenal baik oleh manusia. Hubungan di antara keduanya sudah berlangsung sejak lama. Dalam gambar prasejarah di dinding gua, yang diperkirakan dibuat pada 8.000-15.000 tahun yang lalu yang digambarkan tentang cara manusia memanen sarang lebah. 

Lebah perspektif Al Qur'an

Murhif Saq mengatakan bahwa bagaimana pun penafsiran terhadap al-Qur'an tidak lebih dari sekedar ijtihad dalam rangka menjelaskan firman Allah, menguraikan (istikhrj) hukum dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya beradasarkan pada perkembangan yang sudah digariskan dalam dunia penafsiran. Berangkat dari pandangan tersebut, dia menegaskan bahwa tafsir ilmi pun sebagai bagian dari penafsiran tidak akan pernah lepas dari yang ada. Oleh sebab itu secara definitif dia menyebut tafsir ilmi sebagai upaya menjelaskan isi kandungan al-Qur'an dengan menggunakan beragam ilmu alam, jiwa dan logika atau dengan menerapkan ilmu-ilmu yang berbasis kajian empiris yang sudah mapan, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sang mufasir, dengan tetap mengindahkan kaidah agama. 

Lebah dalam Al-Qur'an terdapat pada surah An-Nahl merupakan gambaran tentang kehidupan lebah sebagai makhluk ciptaan Allah yang diberikan kecerdasan dalam memahami segala hal. Lebah diberikan wahyu oleh Allah berupa insting yang dapat memahami perintah Allah secara langsung untuk membuat sarangnya dibukit-bukit, pepohonan, dan tempat yang ditinggali manusia. Lebah diberikan kecerdasan memahami perintah dengan baik sehingga dapat melaksanakan perintah Allah dengan baik, begitu pula dengan makanan yang dimakannya harus suci lagi halal yaitu sari tumbuhan dan sari buah-buahan. Sehingga dapat menghasilkan dari dalam perutnya madu yang merupakan minuman yang dapat diminum manusia bahkan dijadikan obat penyembuh bagi berbagai penyakit. Perilaku lebah yang unik, taat pada aturan dan disiplin dalam mencari penghidupan merupakan hal yang diungkapkan secara khusus. Dan dengan hanya bermodalkan ke tiga hal tersebut, lebah telah tampil sebagai figur makhluk yang memberi manfaat banyak, bukan saja terhadap dirinya tapi juga bagi manusia.

Sarang Lebah

Menurut tafsir Surah An-Nahl 68, disebutkan bahwa lebah tidak hanya bersarang di mana-mana seperti yang ditemukan dalam kehidupan, tetapi kebanyakan hanya di tempat-tempat bersih tertentu.

Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di pegunungan, pepohonan, dan bangunan yang dibuat oleh manusia. (Q.S An-Nahl 68)

Dalam firman Allah, lebah secara tegas diperintahkan untuk membangun sarangnya di tempat yang bersih dan jauh dari polusi seperti gunung, pohon, dan ketinggian. Karena lalat itu ada di dalam tanah, maka tidak ada wahyu yang bermanfaat dari Allah. Dengan demikian, ada indikasi bahwa manusia harus hidup di dunia ini untuk melakukan kebaikan dalam bentuk Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Manusia sebagai makhluk sosial harus memilih untuk bersosialisasi. Karena sahabat yang baik menjauhkanmu dari melakukan hal yang buruk dan mengajakmu untuk melakukan hal yang baik. Akibatnya, masyarakat dan lingkungannya sangat terpengaruh. Ini seperti berteman dengan penjual parfum.

Diambil dari tafsir sarang lebah adalah garis-garis dari atas ke bawah yang membentuk segi enam, sehingga menjadi tempat. pemeliharaan lebah yang bisa menampung apa saja. Di sisi lain, adalah getah dari tanaman berwarna gelap yang diproses di perut lebah untuk melindungi sarang dari invasi bakteri luar.

"Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di pegunungan, pepohonan, dan bangunan yang dibuat oleh manusia."

 

Hal yang digaris bawahi dan menjadi kata kuncinya adalah "dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah...".Ibnu Katsir memaknai kata "wahyu" sebagai petunjuk atau ilham yang diberikan Allah kepada lebah sehingga membimbing lebah agar mampu membangun sarang sebagai tempat berlindung bagi lebah yang letaknya di pegunungan, di berbagai pohon, ataupun tempat penangkaran buatan manusia. Bentuk sarang lebah yakni segi enam dengan bentuk yang kuat serta dengan segala kesempurnaannya (bagi ukuran lebah) yang membuat sarang begitu rapat menggunakan perhitungannya sehingga tidak terdapat celah lubang yang terjadi.

Madu dalam Al Qur'an

"Kemudian, makanlah (wahai lebah) dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan-jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)." Dari perutnya itu keluar minuman (madu) yang beraneka warnanya. Di dalamnya terdapat obat bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (Qs. An-Nahl: 69)

 

Ibnu Katsir menafsirkan ayat 69 bahwa lebah diberi oleh Allah kemampuan agar lebah memakan berbagai macam buah-buahan. Selain itu Allah memudahkan bagi lebah untuk menempuh perjalanan sejauh dan sesuai dengan kemauan lebah sendiri. Hal ini dilakukan lebah baik di darat, lembah, udara, ataupun di pegunungan, setelah melakukan perjalan dalam mecari makan, para lebah akan kembali menuju sarang mereka dengan membawa madu di mulut mereka, dan bagi lebah ratu akan melahirkan telur dan akan menjadi anak lebah.[1]

 

Selanjutnya Ibnu Katsir Menafsirkan pada kalimat di ayat 69

 

            "Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia."

Madu memiliki berbagai warna yakni kuning, putih, merah, ataupun warna lainnya hal ini terjadi sesuai dengan apa warna makanan yang dimakan lebah. Kalimat selanjutnya "ia mengandung obat bagi manusia" Ibnu Katsir memaknai kalimat ini bahwasannya pada madu terdapat banyak manfaat bagi tubuh manusia salah satunya sebagai obat. Seorang ulama ahli kedoketeran mengomentari hadits di atas: tampatnya dalam tubuh si sakit terdapat banyak endapan ampas. Tatkala dia diberi madu, sedang madu itu panas, maka endapan itu mencair dan ingin cepat keluar.Hal inilah yang membuat perutnya bertambah sakit. Orang Badui beranggapan bahwa madu telah membahayakannya, padahal madu justru akan menyembuhkannya. Setelah dia memberinya madu kembali, maka endapan semakin mencair dan ingin keluar.Saat diberi madu, seperti itulah yang terjadi. Namun, setelah endapan ampah yang membahayakan badan itu keluar, maka redalah perutnya, komposisinya seimbang, dan lenyaplah penyakit dan kepdihannya berkat petunjuk Nabi SAW.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun