Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama FEATURED

Untung dan Rugi Beli Rumah Subsidi

26 November 2018   17:44 Diperbarui: 5 Maret 2022   06:29 3789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayangnya, masyarakat atau pembeli banyak yang tergiur dan tersengat dengan sebutan subsidi tersebut, tanpa mengetahui dengan pasti dan benar akan apa yang dimaksud dengan subsidi tersebut. 

Seharusnya para pembeli rumah subsidi bertanya, siapa yang disubsidi? Pembeli atau pengembang? Idealnya, terminology subsidi ini wajib diketahui oleh setiap pembeli rumah subsidi.

Jangan sampai pembeli rumah subsidi  merasakan bahwa mereka mendapat subsidi dari pemerintah, padahal tidak demikian. Pertanyaannya, subsidi yang diberikan tersebut dalam bentuk apa? Apakah subsidi untuk uang muka atau DP? Kiranya ini adalah hal yang kabur dan tidak menguntungkan pembeli.

Kemudian, bila kita mau merunut-runut hal yang merugikan konsumen atau pembeli rumah, seperti RSS atau rumah subsidi tersebut, pada dasarnya, penyebutan istilah RSS maupun rumah subsidi itu, akan berpengaruh pada kualitas bangunan yang akan dibeli. Logikanya, semakin sedikit uang, atau semakin murah harga rumah itu dihargakan, maka kualitas rumah tersebut juga akan semakin rendah. 

Bukan saja pada kualitas bangunan yang dibangun dengan bahan bagunan yang berkualitas rendah, fasilitas dan luas tanah juga akan sangat kecil dan berkualitas rendah. Apalagi rumah subsidi, yang seakan-akan karena kebaikan pemerintah, pembeli mendapat subsidi, lalu rumah dibangun asal jadi. Dengan cara ini, maka pembeli akan mengalami kerugian, karena dalam waktu yang tidak begitu lama, kondisi rumah akan mengalami kerusakan, baik di bagian atas, maupun di bagian bawah atau lantai.

Kita bisa bayangkan seperti apa dulu rumah sangat sederhana (RSS) dibangun.  Mungkin banyak yang tahu bagaimana kondisi type 36 (RSS) yang standar  kualitasnya sangat rendah itu. 

Apalagi RSS type 21? Itu lebih parah lagi. Wajar saja, kalau di beberapa daerah, rumah-rumah sangat sederhana (RSS) type 21 dan 36 banyak yang tidak ditempati karena tidak layak huni. Sehingga, pembeli hanya membayar setoran hingga selesai, sementara rumah yang dibeli tidak ditempati.

Hal yang sama juga bisa terjadi terhadap pembangunan rumah bersubsidi. Ya, karena rumah bersubsidi, maka para pembeli harus faham bahwa ukuran tanah yang disediakan hanya sekitar 100 meter misalnya. Lalu, karena itu rumah subsidi, maka bahan-bahan yang digunakan pun harus diterima dengan ikhlas, ya namanya saja rumah subsidi, wajarlah menggunakan bahan yang minim sesuai dengan subsidi. 

Celakanya lagi, banyak pula pembeli, yang sudah membeli rumah subsidi, dalam waktu yang tidak begitu lama, karena kondisi rumah yang sempit, kemudian merenovasi dan bahkan membongkar rumah asli, lalu dibangun dengan yang lain. 

Bukankah ini pemikiran yang tidak rasional dan tidak bijak dalam membeli rumah?  Kalau, begini yang dilakukan, apakah membeli rumah subsidi itu untung atau buntung?

Nah, hal-hal seperti disebut di atas adalah mungkin dianggap persoalan sepele dan biasa. Namun, bila kita lihat dari sudut untung dan rugi, kita memang harus cerdas dan bijak dalam membeli rumah yang dibiayai dengan pinjaman berjangka panjang dari bank tersebut. Selayaknya, para pembeli cerdas menghitung-hitung, apa untung rugi membeli rumah bersubsidi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun