Tentu bukan hanya itu untaian kata yang pernah penulis rangkaikan, berikut merupakan nyanyian hati nurani yang merasa kehilangan orang-orang tercinta. Ya, aku mencoba mengirimkan mereka sepucuk surat. Walau aku tahu, mereka mungkin tidak pernah bisa membacanya. Â
Surat Cinta buat Anak dan istriku
Oleh Tabrani Yunis
Maafkan aku,
Kalau tak pernah menuliskan sepucuk surat cinta buat mu anak dan istriku
Bukan tak ada cinta nan membara
Bukan jiwa nan kekeringan
Bukan pula cinta semakin gersang
tak tumbuh dalam jiwa
tapi, anak-anak dan istriku
hari ini, tak pernah lagi cukup air mata tuk menorehkan kata
di warkah nan ku bentang di depan mata
tak cukup lagi kata tuk lukiskan
betapa sesungguhnya cintaku sangat dalam
pada bening mata mu
Betapa rindu menghujam sudut hati
pada ceria senda gurau mu
pada sapaan selamat datang
ketika pintu rumah kau buka dengan jemarimu
Maafkan aku, kalau tak mampu menuliskan surat cinta buat kalian, anak-anak
dan istriku
Tapi, wahai anak-anak dan istriku
hanya untaian doa yang kupanjatkan
keharibaan Allah
Ku mohon dapat disampaikan ke relung hatimu
sebagai ganti sepucuk surat cinta buat mu
Anak-anak dan istriku
yang telah pergi bersama catatan sejarah tsunami
Tabrani Yunis
Banda Aceh, 16 Mai 2005