Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tradisi Menanam Pohon di Pulau Koh Yao Yai, Thailand

2 November 2017   22:00 Diperbarui: 3 November 2017   15:42 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku merasa ini adalah sebuah tradisi tanam pohon yang bagus, yang selayaknya ditiru oleh banyak orang, termasuk kita di Indonesia. Dari kegiatan penanaman pohon tersebut memberikan kami best practice dan lesson learned dari kebiasaan atau tradisi masyarakat di pulau ini yang jumlahnya tidak begitu banyak itu. 

Terbukti jumlah penduduknya tampak sangat jarang, namun menyimpan berbagai pesona itu. Bangunan-bangunan rumah di pulau itu pun tampak berupa bangunan rumah kayu, yang bentuknya persis sama dengan rumah-rumah kayu yang ada di Aceh, terutama yang di pesisir pantai barat Aceh.  

Ada banyak rumah panggung seperti cottage di sana. Mungkin disediakan untuk para pelancong yang datang. Aku merasa terpesona dengan suasannya. Namun, karena kami harus segera kembali ke hotel di Phuket, maka dengan berat hati harus segera menuju kembali ke tempat bersandarnya speed boat.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dengan sangat hati-hati kami naik ke speed boat. Waktu sudah menunjukan pukul 2.00 siang. Speedboat pun melaju dan semakin kencang. Perjalanan pulang ke daratan Phuket ini terasa sangat mengerikan. Gelombang yang kami hadang sangat tinggi. Sang nahkoda, terlihat sangat berani mengatur laju speedboad yang terhempas-hempas oleh gelombang yang besar-besar. Aku benar-benar ketakutan. Bahkan ada teman-teman dari Sri Lanka dan juag dari Aceh yang mulai tidak tahan dengan tingginya lompatan speedboat tersebut. 

Ya, ada yang terpaksa muntah dan pusing.Aku sendiri hanya mengingat mati dan cemas. Andai speedboat ini tenggelam dihempas ombak besar, aku sudah tidak bisa pulang lagi. Ah, pikiranku memang sangat liar saat itu. Namun, alhamdulilah, kami bisa mencapai pantai dan berlabuh kembali di pelabuhan ikan di Phuket. 

Setiba di darat, kami mendengar kabar bahwa ketika kami sedang di tengah laut, Padang, Sumatera barat diterjangan bencana tsunami. Betapa hatiku tidak terkejut. Pantas saja, gelombang di tengah laut yang kami arungi begitu besar. Aku bersyukur, karena kami tidak mengalami hal-hal yang menakutkan, seperti apa yang menghantam Sumatera barat saat itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun