Sebelum mengakhiri tulisan, saya ingin menambahkan catatan tentang mengapa ada idiom hara-guroi. Istilah ini katanya dibuat berdasarkan ikan sayori (nama Inggrisnya, halfbeak).
Ikan sayori tampak cantik dari luar, karena mempunyai badan cerah berkilat. Akan tetapi, saat kita membuka perutnya, maka ada lapisan hitam membungkus bagian dalam perut. Dari sinilah idiom hara-guroi itu lahir.
Meminjam penjelasan sayori lagi alias berbicara tentang ikan, saat kita masuk kompleks perumahan padat dan mencium bau ikan goreng, sulit menebak dapur (rumah) mana yang menggoreng ikan.
Dapur orang lain memang susah untuk ditebak dari luar, atau oleh orang luar. Begitu juga "Dapur" saat diplomasi perut hari Senin itu, susah ditebak apa pembicaraannya, apalagi tujuan sebenarnya.
Saya tidak akan terpengaruh atas diplomasi apa pun, termasuk diplomasi perut. Kecuali tari perut ya, karena mungkin (masih mungkin lho) bisa bikin lieur.
Sebagai warga negara Indonesia, meskipun jauh dari tanah air, saya pasti berpartisipasi saat Pilpres 2024 nanti.
Hanya satu yang pasti saya lakukan, yaitu menentukan pilihan, menggunakan nalar dan logika.
Alasannya simpel. Saya, tidak ingin negara, jatuh ke tangan yang salah.
Selamat berakhir pekan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H