Hara-hachibunme sudah terbukti secara medis mampu mengerem penuaan. Saya tidak akan menjelaskan mekanismenya secara lengkap.
Singkatnya, ketika kita makan, maka mitochondria aktif mengubah bahan makanan menjadi energi. Proses ini memakan banyak konsumsi oksigen di dalam tubuh.
Makin aktif mitochondria mengakibatkan konsumsi oksigen naik. Sialnya, keadaan ini dikatakan bisa mengakselerasi penuaan sel.
Dengan menahan makan tidak sampai full kenyang, maka aktifitas mitochondria dapat menurun. Sebagai akibat, proses penuaan sel bisa diperlambat.
Berbicara tentang perut memang mengasyikkan, karena kita bisa membahas banyak hal yang berhubungan dengan bagian tubuh itu.
Bebarapa waktu lalu ketika demo banyak terjadi, kita tahu ada istilah pasukan nasi bungkus. Entah itu nasi bungkus dengan karet satu (isinya sayur saja), atau karet dua yang katanya berisi tambahan daging. Nasi bungkus kan berhubungan dengan perut toh?
Orang rela melakukan apa pun agar perut bisa kenyang. Akan tetapi, saya yakin diplomasi perut yang dilakukan pada hari Senin lalu itu bukan untuk membuat perut kenyang.
Kenyang (secara jasmani) atau tidak, tentu bukan masalah lagi bagi mereka. Kelaparan juga pastinya tidak ada di kamus.
Entah kalau masalah “kenyang” lain, misalnya saja kedudukan atau kekuasaan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa partai yang berkuasa pun biasa bagi-bagi “kue” (baca : jabatan menteri atau komisaris BUMN), mungkin sebagai upaya agar perut “kenyang”.
Masyarakat bisa membuat asumsi beragam atas acara makan siang Jokowi dengan para capres. Jika ada yang komen kenapa cawapres nggak diundang, saya kira mungkin karena tidak ada meja yang agak besar.
Anda lihat saja foto makan siang itu. Kalau meja sebesar itu ditambah tiga orang lagi, bukan makan siang lagi namanya. Akan tetapi, sikut-sikutan dong jadinya, karena pasti sempit.