Sebenarnya, ada cara lain yang memungkinkan akses gratis. Misalnya nebeng WiFi di Starbucks, atau warung kopi lain yang menyediakan akses gratis.
Akan tetapi, Anda kan harus pesan paling tidak satu minuman, setelah itu bisa leluasa berlama-lama disana mulai kedai buka, sampai nanti ditutup.
Kecuali urat malu sudah putus, maka Anda dapat duduk disana tanpa pesan apa pun. Atau kalau punya kaki kuat untuk berdiri, maupun bokong handal hingga mampu duduk berlama-lama di beton keras, bisa nangkring di luar/dekat warung yang masih terjangkau sinyal WiFi.
Itu beberapa hal tentang persamaan kompasianival dan pilpres dari sudut pandang "san-ban". Lalu, apakah ada perbedaan antara keduanya?
Jawabannya, ada!
Pemenang pilpres tentu wajib melaksanakan tugasnya. Meskipun dari pengalaman, daftar janji-janji saat kampanye hanya bersifat normatif, dan yang benar-benar terwujud dapat dihitung hanya dengan sebelah jari tangan.
Negara harus dikemudikan, dan tidak bisa dibiarkan auto pilot.
Kalau pemenang kompasianival? Tentu saja lain, bahkan berbeda 180 derajat jika dibandingkan dengan pemenang pilpres.
Misalnya, para penggondol award berhak untuk kabur dan menghilang tanpa jejak. Tentang kualitas tulisan pun, juga tidak dapat dituntut banyak alias bukan suatu kewajiban.
Apalagi yang namanya kualitas tulisan, tentunya sangat subjektif. Pandangan seseorang, pasti berbeda dengan pandangan orang lain. Harap dicatat, kualitas disini bukan masalah isi (pokok bahasan), masalah plagiat, maupun judul clickbait ya.
Baiklah, kelihatannya Anda sudah mulai bosan. Jadi cukup sampai disini saja catatan kecil saya.